Manado — Alat musik kolintang kini sedang diperjuangkan untuk terdaftar di Unesco sebagai milik Sulawesi Utara, Indonesia.
Banyak langkah yang harus ditempuh dan banyak indikator yang harus dipenuhi untuk mencapai hal tersebut, terutama kerjasama semua pihak yang terjalin dengan baik.
Selain Pemerintah Pusat dan Provinsi Sulawesi Utara yang secara resmi adalah pihak yang harus mendaftarkan itu, mengusahakan semua indikator terpenuhi juga dilakukan oleh Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan).
Dibawah kepemimpinan Ketua Umum Penny Iriana Marsetio, seluruh dewan pengurus Pinkan Indonesia kompak melakukan tindakan nyata demi menjawab kebutuhan persyaratan untuk Unesco, diantaranya menemui Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dan melakukan napak tilas kolintang di daerah asalnya, Sulut.
Selain itu, Pinkan Indonesia juga didukung oleh para seniman kolintang yang ada di daerah untuk membawa kolintang makin jaya, diantaranya Johan Kapahang, musisi asal Ratahan, Minahasa Tenggara (Mitra) yang telah menjadi pemain dan pelatih kolintang sejak duduk di bangku SMP.
Johan yang saat ini membuka bengkel kolintang di rumahnya mengaku bersyukur dan bangga bahwa dimasa sekarang, akhirnya kolintang mulai naik daun, dilihat dari pengadaan alat musik kolintang untuk sekolah-sekolah yang mulai tinggi dan adanya perlombaan yang melibatkan anak-anak sekolah.
“Jadi anak-anak muda sejak awal sudah dikenalkan pada budaya daerahnya. Bangganya juga sekarang, sudah mulai bermunculan pelatih-pelatih kolintang yang masih muda, meski masih perlu pendampingan dari kami, tapi mereka sudah mau dan berani. Kolintang ini punya kita, jadi harus kita semua yang menjaga,” ujar Johan.
Lanjutnya, hal ini baiknya selalu didukung semua pihak, termasuk dari sektor pendidikan, dimana mata pelajaran muatan lokal harusnya dihidupkan lagi, dengan memasukan kolintang didalamnya.
“Itu tentu sangat kami dukung. Apalagi dengan kepemimpinan Pinkan Indonesia yang sekarang, kami yakin akan banyak inovasi dan perubahan baik yang tercipta,” kata Johan.
Sementara itu, musisi daerah yang karya kolintang buatannya sudah tersebar di banyak daerah di Indonesia dan luar negeri, Hentje Kawet juga mendukung upaya-upaya pelestarian kolintang.
Bagi Hentje, masa kini, harus ada banyak kegiatan kolintang seperti perlombaan yang dilakukan agar memicu semangat anak-anak muda untuk mempelajari kolintang.
“Dengan begitu, diharapkan, akan makin tercipta musisi-musisi muda kolintang yang tentu akan menjadi generasi penerus alat musik ini. Belum lama ini juga ada perlombaan disini dan kami jadi juara. Ini tentu jadi semangat bagi anak-anak disini untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan serta memainkan kolintang,” ucap Hentje kepada BeritaManado.com.
Hentje Kawet lewat bengkel produksi Hentje Kolintang (Henko) di Kakas Minahasa sudah memasarkan hasil produksinya ke berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri dengan upaya sendiri ini pun mengakui, masa kini, jumlah permintaan kolintang dari luar Sulut dan dari dalam Sulut sudah mulai seimbang.
“Dulu permintaan dari luar justru lebih banyak. Tapi belakangan, sudah mulai seimbang. Ini bagus, jadi sudah ada peningkatan kebutuhan kolintang di daerah,” kata Hentje.
Kedepan, Hentje dan Johan yang ditemui BeritaManado.com secara terpisah, memiliki harapan yang sama, dimana kolintang menjadi tuan rumah di daerah asalnya sendiri dan terus bertumbuh berkat hasil kerja keras dan kerja sama semua pihak.
(srisurya)