Manado – Mulyono, pria kelahiran Jawa yang mengadu nasib di berbagai daerah. Petualangan bisnisnya pun berakhir di manado. Memiliki sebuah rumah yang terbilang besar cukup menampung keluarga dan sepuluh orang karyawannya di kompleks perumahan Simphony Lestari, Tuminting, tiga buah mobil, dan empat buah gerobak yang menjadi ladang usahanya.
Mulyono mengawali usahanya di Kotamobagu. Sempat memiliki pangkalan gerobak, namun tidak bertahan lama. Sekitar awal 2007 dia pindah ke ibukota provinsi sulawesi utara, manado. Dalam usaha selalu memiliki tantangan, semua tak harus segera berjalan sukses. Pria kelahiran Jember 09 Jan 1966 ini, sering berpindah –pindah lokasi karena kebijakan pemerintah saat itu yang gencar-gencarnya mengadakan pembersihan dari para pedagang kaki Lima seputaran pusat kota. Hingga akhirnya Mulyono mendapat tempat untuk ‘mangkal’ samping pasar swalayan Golden.
Di tempat baru itu yang didapatnya dari mengontrak pada koperasi TNI, Mulyono pelan-pelan merintis usahanya. Berawal dari menjual bakso, resep yang diturunkan dari ibunya yang juga memiliki jiwa dagang kuliner. Kemudian dia tertarik untuk membuat malabar Giling. Dari penuturan pria yang berperawakan besar ini, resep “malabar Giling’ adalah inovasi yang dimunculkannya dalam dunia kuliner. “waktu itu belum ada yang bikin malabar giling yang seribuan kayak gini, seluruh indonesia lho. Makanya aku pede bikin di manado, terus laku keras,” ujar Mulyono. Saat ini pria yang memiliki latar belakang pendidikan listrik ini sudah memiliki empat buah gerobak yang menjual gorengan mulai dari pisang, malabar, tahu isi. Hingga makanan berat lalapan, soto ayam, rawon, nasi goreng, dan lain-lain.
Motto hidup yang selalu menjadi pegangan Mulyono ialah ‘berani mencoba dan jangan takut gagal”. Meski dulunya pernah menduduki jabatan penting di salah satu perusahaan swasta. Tak membuat jiwa wiraswasta dalam diri Mulyono padam. Keinginannya untuk memiliki usaha sendiri dan tak makan gaji membuatnya bertekad keluar dan membuat usaha sendiri meski dimulai dari nol. Menjajakan bakso keliling pernah dilakoninya, satu hal yang terus tertanam di benaknya ialah keinginan untuk maju.
Kini Mulyono menjadi salah satu pemilik dari beberapa gerobak tempat makan yang terletak di samping TNI dekat pasar swalayan Golden. berada di lokas strategis menjadikan tempat ini tak pernah sepi pengunjung, bahkan menjelang malam orang-orang bisa antri makan di tempat ini. Ide-ide Mulyono yang memahami selera warga manado menjadikan makanan di tempatnya selalu dicari. Menyajikan makanan yang pedas gurih dan selalu hangat, pelayanannya terbilang cepat ketimbang tempat makan lain membuat pengunjung puas untuk sering mampir ke tempat ini. (*/oke)
Manado – Mulyono, pria kelahiran Jawa yang mengadu nasib di berbagai daerah. Petualangan bisnisnya pun berakhir di manado. Memiliki sebuah rumah yang terbilang besar cukup menampung keluarga dan sepuluh orang karyawannya di kompleks perumahan Simphony Lestari, Tuminting, tiga buah mobil, dan empat buah gerobak yang menjadi ladang usahanya.
Mulyono mengawali usahanya di Kotamobagu. Sempat memiliki pangkalan gerobak, namun tidak bertahan lama. Sekitar awal 2007 dia pindah ke ibukota provinsi sulawesi utara, manado. Dalam usaha selalu memiliki tantangan, semua tak harus segera berjalan sukses. Pria kelahiran Jember 09 Jan 1966 ini, sering berpindah –pindah lokasi karena kebijakan pemerintah saat itu yang gencar-gencarnya mengadakan pembersihan dari para pedagang kaki Lima seputaran pusat kota. Hingga akhirnya Mulyono mendapat tempat untuk ‘mangkal’ samping pasar swalayan Golden.
Di tempat baru itu yang didapatnya dari mengontrak pada koperasi TNI, Mulyono pelan-pelan merintis usahanya. Berawal dari menjual bakso, resep yang diturunkan dari ibunya yang juga memiliki jiwa dagang kuliner. Kemudian dia tertarik untuk membuat malabar Giling. Dari penuturan pria yang berperawakan besar ini, resep “malabar Giling’ adalah inovasi yang dimunculkannya dalam dunia kuliner. “waktu itu belum ada yang bikin malabar giling yang seribuan kayak gini, seluruh indonesia lho. Makanya aku pede bikin di manado, terus laku keras,” ujar Mulyono. Saat ini pria yang memiliki latar belakang pendidikan listrik ini sudah memiliki empat buah gerobak yang menjual gorengan mulai dari pisang, malabar, tahu isi. Hingga makanan berat lalapan, soto ayam, rawon, nasi goreng, dan lain-lain.
Motto hidup yang selalu menjadi pegangan Mulyono ialah ‘berani mencoba dan jangan takut gagal”. Meski dulunya pernah menduduki jabatan penting di salah satu perusahaan swasta. Tak membuat jiwa wiraswasta dalam diri Mulyono padam. Keinginannya untuk memiliki usaha sendiri dan tak makan gaji membuatnya bertekad keluar dan membuat usaha sendiri meski dimulai dari nol. Menjajakan bakso keliling pernah dilakoninya, satu hal yang terus tertanam di benaknya ialah keinginan untuk maju.
Kini Mulyono menjadi salah satu pemilik dari beberapa gerobak tempat makan yang terletak di samping TNI dekat pasar swalayan Golden. berada di lokas strategis menjadikan tempat ini tak pernah sepi pengunjung, bahkan menjelang malam orang-orang bisa antri makan di tempat ini. Ide-ide Mulyono yang memahami selera warga manado menjadikan makanan di tempatnya selalu dicari. Menyajikan makanan yang pedas gurih dan selalu hangat, pelayanannya terbilang cepat ketimbang tempat makan lain membuat pengunjung puas untuk sering mampir ke tempat ini. (*/oke)