Masyarakat menolak pindah dari tempat mereka, tidak mau menjual tanah mereka. Karena itu tanah kelahiran nenek moyang. Kami sejahtera dengan hasil kebun dan nelayan. – Maria Taramen perwakilan masyarakat Pulau Bangka menolak pertambangan.
Ditambahkan Taramen, kalau ada masyarakat Pulau Bangka yang menerima tambang, itu karena malas kerja. Sebagian besar dari mereka tinggal di rumah depsos, yang tidak tahu atau tidak mau bertanam, berkebun dan mencari ikan.
“Tak ada pertambangan yang membuat masyarakat sejahtera. Karena yang sejahtera itu pejabat dan orang-orang perusahaan,” kata Taramen dihadapan para anggota DPRD Minut dalam hearing bersama masyarakat dan pelaku wisata di Pulau Bangka yang menolak pertambangan.
Dengan adanya pro kontra tambang di Pulau Bangka, Taramen mengakui, disana saudara dengan saudara, keluarga, kakak beradik sudah saling memusuhi.
Permasalahan lain yang ada di Pulau Bangka, juga ‘keberpihakan’ aparat penegak hukum yang menurut Taramen bukan menjaga keamanan, tapi sudah seperti ‘pengawal’ perusahaan.
“Aparat kepolisian main tembak ke udara. Aparat aniaya masyarakat, gigi warga sampe rontok. Tentara tembakan gas airmata ke masyarakat,” kata Taramen.
Dengan kejadian-kejadian seperti itu yang ada di Pulau Bangka, Taramen mengungkapkan dihadapan para anggota DPRD Minut,kini masyarakat di Pulau Bangka sudah tak konsen mencari nafkah.
“Ada seorang ibu kena stroke, mungkin terlalu banyak pikiran dengan beragam persoalan disana. Keluarga sudah saling bermusuhan, mungkin juga tak kuasa menahan beban pikiran, ibu itu pun meninggal. Mungkin itu yang bisa kami sampaikan,” tandas Taramen. (robintanauma)