Jakarta, BeritaManado.com — Dr (Hukum) Jusak Kereh, SH., MH., MTH, yang juga mahasiswa doktoral Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bethel Indonesia-Jakarta, berhasil mempertahankan disertasinya dan dinyatakan lulus dalam ujian terbuka/promosi Doktor Teologi dari STT Bethel Indonesia dengan predikat kelulusan cumlaude.
Proses kelulusan digelar di Aula Kampus STT Bethel Indonesia, Jakarta, Selasa (29/8/2023) Pukul 14.00-17.00 WIB.
STT Bethel Indonesia dikenal luas karena telah banyak menghasilkan lulusan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, diantaranya, Pdt. Gilbert Lumoindong, Pdt Rubin Adi Abraham (Ketua GBI saat ini), Pdt Josia Abdi Saputra, dan lainnya.
Adapun Judul Disertasi Jusak Kereh adalah “Gereja dan Artificial Intellegence (AI), Analisa Dampak Penggunaan AI Terhadap Gereja di Indonesia dari Perspektif Etika Kristen dan Undang-undang Informasi Dan Transaksi Elektronik (ITE)”.
Ketua Komisi Penguji yang juga Wakil Ketua 2 STTBI, Dr Sadrakh Sugiono, saat membacakan pengumuman kelulusan dan pengukuhan Doktor Teologi, mengungkapkan, bahwa STT Bethel Indonesia saat ini telah berhasil melahirkan satu Doktor Teologi yang baru, yakni, Dr. (Teologi), Dr. (Hukum) Jusak Kereh, SH., MH., MTh.
Jusak Kereh juga adalah lulusan Doktor Cumlaude pertama pada program study Ilmu Hukum dari Universitas Sam Ratulangi Manado, diawal tahun 2018.
Saat itu, salah satu pengujinya adalah Prof. Dr. Arief Hidayat, MS, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Pada saat membawakan presentasi dalam sidang ujian terbuka Doktor Teologi, Jusak Kereh terlihat tenang, percaya diri, menguasai materi presentasi serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lugas yang diajukan lima penguji, masing-masing, Dr. Sadrakh Sugiono, Dr Junifrius Gultom, M.Si merangkap Promotor, Prof. Dr. Drs. Rantetampang, M.Kes, sebagai Co-Promotor, Prof. Dr. Fransina Wattimena sebagai penguji, dan Dr Gernaida K.R. Pakpahan, sebagai Ketua Program Studi Doktor STTBI.
Alhasil mengantarkan Promovendus Jusak Kereh resmi menyandang gelar keduanya, yaitu Doktor Teologi dari STT Bethel Indonesia-Jakarta dengan predikat kelulusan cumlaude atau lulus dengan pujian.
“Setelah kami berlima tim dewan penguji mengadakan rapat singkat menyatakan Promovendus Jusak Kereh lulus dengan nilai yang tertinggi yaitu cumlaude,” ungkap Dr. Gernaida K.R. Pakpahan, salah satu penguji yang juga Ketua Program Studi Doktor Teologi STT Bethel Indonesia.
Lebih jauh lanjut Gernaida mengatakan, Promovendus dalam disertasinya mencoba menggabungkan tiga keilmuan yakni kecerdasan buatan (AI), hukum dan etika kristen.
Masalah AI yang dikemukakan Promovendus, dengan cara cukup bagus dan menarik karena AI saat ini sudah masuk pada sendi-sendi kehidupan manusia.
Sementara gereja bisa dikatakan agak terlambat dalam memberikan respon pada gelombang AI yang semakin canggih saat ini.
Sementara promotor sekaligus penguji Dr. Junifrius Gultom, mengatakan keberhasilan Jusak Kereh sangat sempurna.
Bahkan disertasi itu dinilai akan menjadi triger atau pemicu dalam penelitian teknologi dan sains kedepan khususnya perspektif keberadaan AI.
Jusak Kereh yang juga pelopor dan pendiri 2 TV lokal di Indonesia Timur, telah berhasil meyakinkan tim penguji tentang pengaruh AI yang akan sangat mempengaruhi cara pandang dan berperilaku umat manusia khususnya warga kristiani saat ini.
Sebab jika gereja tidak mengantisipasinya dengan segera akan mejadi bom waktu buat gereja kedepan.
“Sementara dilain pihak, undang-undang Informasi Teknologi dan Transaksi Elektronik (ITE) belum memberikan jaminan dalam pemberantasan atas pelanggaran AI,” tegas Jusak.
“Senjata pamungkas gereja yaitu Firman Tuhan dan etika gereja harus dipergunakan secara maksimal. Karena fakta dan realita yang ada, di eropa dan negara barat lainnya saat ini telah banyak generasi muda yang mulai meninggalkan gereja, gereja tutup, karena mereka merasa gereja tidak lagi relevan dengan perkembangan teknologi khususnya AI saat ini,” ujar Jusak.
Dalam hasil penelitiannya, gereja pada umumnya memiliki sikap netral terhadap teknologi, namun belum membangun sikap dan arah yang tegas dalam menjabarkannya.
“Gereja secara praktis hanya menggunakan media sosial dalam hubungan dengan pendeta, pelayanan gereja dan jemaat, padahal teknologi khususnya AI jauh lebih besar manfaatnya dari sekedar hal itu,” jelas Jusak.
Dia menjelaskan pula, hasil penelitiannya dalam perkembangan AI dalam pandangan hukum (UU ITE) dan etika, dimana UU ITE belum mampu menjangkau dan menyelesaikan permasalahan kehidupan masyarakat dalam penggunaan teknologi.
Disisi lain dalam etika budaya, seharusnya kebebasan berpendapat melakukan kritik dimedia sosial, patut mengedepankan nilai-nilai moral dan etika.
Dalam paparannya ,Jusak meminjam perkataan Elon Musk (CEO Tesla dan pendiri ChatGpt openai, dan Space X) bahwa “Ada satu prediksi mengerikan bahwa Artificial Super Intelligen (ANI) berpotensi lebih berbahaya daripada ledakan nuklir”.
“Stereotipikal Dogmatis, adalah garis besar penemuan kebaruan/novelty dalam riset doktor teologinya,” lanjut Jusak.
Melalui riset ini, promovendus mendapatkan apresiasi dari para penguji, hadirin dan bahkan yang menonton lewat live streaming.
Penguji Dr Gernaida Pakpahan memuji bahwa topik disertasi yang diujikan sangat baik karena peneliti mampu melakukan kolaborasi tiga bidang cabang keilmuan sekaligus.
Pujian datang juga dari mereka yang menonton live streaming, antara lain dari Wartawan Senior Ferry Rende yang mengatakan sebagai orang yang pernah rekan sekerja di penyiaran televisi (TVM dan Pacific TV) merasa bangga dengan capaian Jusak Kereh.
“Beliau layak menjadi inspirasi bahwa menempuh pendidikan hingga strata tiga, bahkan sampai dua kali doktor tidak mengenal usia, karena itu Jusak Kereh patut menjadi tenaga akademis dosen dan peneliti dikampus,” ungkap Ferry.
Pada sidang ujian terbuka ini, turut hadir pula Ketua STT Theologi Dr. Frans Pantan, juga istri Jusak Kereh, kedua putra-putri Jusak Kereh, Gabby Kereh dan Joel Kereh, serta keluarga dekat dan kerabat dari Promovendus, dan mahasiswa STT Bethel Indonesia.
“Diharapkan prestasi yang membanggakan di bidang pendidikan yang telah diraih oleh seorang pengusaha, pelayan dan advokat asal Sulut ini, boleh menjadi teladan bagi generasi muda dalam meraih prestasi,” tandas Ferry.
(***/Alfrits Semen)