Manado – Komunitas Relawan Gerakan Moral Sulut (KRGMS), akhirnya bereaksi, menyusul fenomena black campaign yang diduga digulirkan kedua Tim Sukses (TS) Calon Presiden (Capres) RI. Menurut Budi Harold Rarumangkay, salah satu penggagas gerakan ini menilai, fenomena saling hujat, yang digulirkan kedua tersebut bisa berdampak negative pada pola pikir masyarakat.
“Seharusnya, kedua TS menyampaikan hal-hal yang mendidik, seperti program bagaimana mensejahterakan rakyat, bukannya saling hujat,” ujar Rarumangkay.
“Ini sangat tidak baik bagi perkembangan demokrasi dan berpolitik ke depan,” tegas Pemred salah satu media online di Sulut.
Untuk itu dia menambahkan bahwa pihaknya akan terus menyeruhkan kepada para TS untuk melihat masalah ini sebagai sesuatu yang patut diseriusi.
Sebab bagi dia, apapun hasilnya nanti, yang pasti baik Prabowo maupun Jokowi adalah asset bangsa, katanya seraya mengingatkan untuk menampilkan suatu pesta demokrasi sebagai kesenangan dan bukannya ketakutan.
“Mari kita tampilkan suatu pesta demokrasi yang bermartabat, berwibawa dan elegan sebagai suatu bangsa yang besar. Kami setuju Indonesia Bangkit. Kami setuju Indonesia Hebat. Tapi kami juga harus Sepakat Indonesia Damai,” ajaknya.
Sementara pengamat politik dan pemerintahan Taufik Tumbelaka, menambahkan, komunitas relawan gerakan moral ini, merupakan aksi spontan dan keterpanggilan sebagai anak bangsa dalam melihat perkembangan jelang Pilpres 9 Juli 2014.
“Komunitas ini dipastikan akan terus bertambah, komunitas ini didukung oleh puluhan wartawan dari berbagai media di Sulut, juga para pengamat, akademisi, aktivis dan birokrat, terangnya.
Tumbelaka menambahkan, saat ini sudah hampir 100 lebih tandatangan yang dikumpulkan sejak tadi pagi. Rencananya gerakan ini kami akan deklarasikan pada hari Kamis (19/06/2014), katanya.
Sebelumnya, pada pagi Tumbelaka sudah melakukan sosialisasi gerakan ini dalam dialog di radio serta siaran langsung disalah satu stasiun TV.