BeritaManado.com – Usai mendeklarasikan perang lawan Hamas, Israel terus menggempur daerah Palestina di Gaza dan menewaskan ratusan orang, Minggu (8/10/2023).
Serangan Israel ini dilakukan sebagai respon akan aksi kelompok Hamas yang sebelumnya dikabarkan telah menewaskan 700 warga Israel dan menculik puluhan lainnya.
Dikutip dari Katadata.com jaringan BeritaManado.com, serangan pejuang Hamas di kota-kota Israel pada Sabtu lalu adalah yang paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun silam.
Dikhawatirkan, hal itu akan berpotensi memicu kembali konflik yang tak pernah berakhir.
Pasalnya, serangan balasan Israel lewat serangan udara menghantam blok perumahan, terowongan, masjid, dan rumah pejabat Hamas di Gaza.
Serangan tersebut dikabarkan telah menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak.
Pernyataan tegas pun dikeluarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyebut akan melakukan balas dendam.
“Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza akan sangat berat dan akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi,” kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, di Kota Ofakim.
Tak Ada Tempat Mengungsi bagi Warga Gaza
Pemboman yang dilakukan Israel melalui serangan udara, menurut laporan Al Jazeera sebabkan tidak ada tempat lagi bagi warga Gaza untuk mengungsi.
Serangan udara Israel telah merusak sejumlah bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza, Palestina, serta menewaskan lebih dari 400 orang.
Sebuah gedung 11 lantai di lingkungan Al-Nasr Kota Gaza yang dihuni sekitar 80 keluarga juga tak luput dari serangan Israel.
Serangan itu pun menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal.
Mohammed Salah, dari lingkungan Beit Lahia di utara Gaza, mengaku harus meninggalkan rumahnya.
Dia berlindung di sebuah sekolah yang dikelola PBB bersama keluarga-keluarga lain.
Salah terpaksa harus menjauhi daerah yang dia sebut sebagai “pengeboman tanpa pandang bulu” oleh Israel.
“Tadi malam, pesawat Israel secara acak mengebom daerah kami. Situasinya sangat berbahaya, jadi saya meninggalkan rumah bersama keluarga lain,” katanya.
Warga Gaza lainnya, Youssef Al-Bawab, mengatakan bahwa sebelum serangan pada pukul 17.00 waktu setempat, pasukan Israel telah memberikan peringatan untuk melakukan evakuasi dari rumahnya.
Dirinya tinggal di sebuah bangunan di seberang Menara Al-Watan.
“Kami merasa sangat ketakutan. Menara ini hanya berjarak beberapa meter dari kami dan merupakan menara sipil. Kami tidak melihat adanya aktivitas perlawanan seperti yang diklaim Israel,” ujarnya.
Nasib WNI di Gaza
Serangan Israel pun mendapat perhatian dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania.
Sejauh ini, KBRI menyatakan bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban setelah pecahnya konflik antara Palestina dan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023).
“KBRI Amman telah melakukan koordinasi dengan simpul-simpul masyarakat di Gaza dan dipastikan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban,” demikian dikutip dari keterangan resmi KBRI Amman seperti disampaikan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri.
Imbauan pun telah dikeluarkan KBRI bagi WNI yang berada di wilayah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari titik konflik.
Selain itu, para WNI diimbau untuk tidak melakukan kunjungan wisata ke wilayah tersebut.
Sesuai catatan KBRI, jumlah WNI yang berdomisili di wilayah Gaza sebanyak 13 orang.
KBRI Amman juga telah menyiagakan Hotline dengan nomor +962 7 7915 0407.
(jenlywenur)