Bitung—Duka mendalam masih dirasakan keluarga almarhum Yonoly Untajana (21) praja IPDN Tampusu asal Tual Maluku Tenggara. Apalagi pihak keluarga menganggap anak semata wayang mereka meninggal tidak wajar, bukan karena sakit seperti yang dikatakan pihak IPDN.
“Kami telah melakukan investigasi beberapa hari ini dan menemukan begitu banyak kejanggalan atas kematian anak kami,” kata Ana Gomies yang merupakan ibu angkat Yonoly, Jumat (22/3).
Selain ditemukan bekas memar di jasad korban, Ana juga mengaku mendapati ada luka cakaran ketika mereka memeriksa tubuh Yonoly ketika tiba di Tual dari Manado. “Apa yang dikatakan dua orang perwakilan IPDN yang datang mengantar jasad anak kami menggantikan ibu dirut bertentangan dengan fakta-fakta di lapangan,” kata Ana yang ikut juga diiyakan ibu kandung almarhum, Tien Untajana-Batkunde.
Menurutnya, lokasi yang ditunjuk pihak IPDN sebagai tempat almarhum terpeleset dan tenggelam sangat tidak masuk akal. Karena menurutnya, ketinggian air dikolam tersebut hanya sepaha orang dewasa dan itu dibenarkan oleh warga sekitar.
“Ada salah satu warga yang mengaku setiap hari melewati kolam tersebut bersama ternaknya dan mengaku ketinggian air hanya sebatas paha. Jadi sangat tidak masuk diakal anak kami bisa tenggelam di kolam tersebut,” tuturnya.
Selain itu, foto yang beredar di sejumlah media dan ditunjukkan pihak IPDN hanya rekayasa. Karena menurutnya, ketika pihak keluarga melakukan zoom dan memeriksa satu persatu praja yang ada dalam foto, tidak menemukan adanya wajah Yonoly.
“Sekitar pukul 14.15 WIB Yonoly masih berkomunikasi dengan anak saya di Bandung via SMS. Yonoly mengaku jika hari itu mereka tidak ada kegiatan kampus karena semua dosen sementara di Bali dan sekitar pukul 19.20 WIB baru kami ketahui jika ia sudah meninggal,” jelasnya.
Ia sendiri bersama ibu kandung Yonoly berharap kasus ini bisa diusut tuntas dan mengungkap fakta penyebab kematian almarhum. Karena selama ini pihak IPDN Tampusu tidak pernah memberikan penjelasan yang tepat soal penyebab kematian Yonoly.
“Kami sudah sepakat untuk melaporkan kasus ini ke Polda Sulut untuk mendapatkan keadilan dan ini sebagai pembelajaran jangan sampai ada anak seperti Yonoly yang mati ketika sementara menuntut ilmu pemerintahan,” katanya.(enk)