Manado – Dunia jurnalistik rupanya menggugah 80-an siswa SMP se-Sulut yang ikut Pelatihan Penulisan Jurnalistik pada Selasa-Jumat (22-25/10) lalu di Hotel Sahid Kawanua. Bahkan materi-materi yang disampaikan seperti sejarah jurnalistik, kode etik, tehnik penulisan, teknik wawancara dan praktek membuat berita disimak secara saksama oleh para peserta yang didampingi puluhan guru pendamping.
“Jujur saja kami sangat antusias mendapat pelatihan ini, apalagi pemateri dari AJI Manado. Kami baru tahu ternyata seorang jurnalis tak cukup hanya pintar bermain kata-kata dalam menulis berita. Tetapi paling utama harus beretika,” tutur Yurike E Bangki, guru pendamping dari SMP Negeri 1 Amurang.
Dan persoalan etika itu menurutnya, sangat sejalan dengan dunia pendidikan. “Anak-anak sekolah sekarang ini, persoalan etika sudah mulai terkikis. Dan kami bersyukur ketika hadir pada pelatihan jurnalistik, etika menjadi hal paling penting disampaikan. Ternyata jurnalis juga ada kode etik dan wajib ikut ujian kompetensi jurnalis,” katanya.
Lain halnya disampaikan Teddy, guru dari Dimembe, Minut. Dia berharap Dinas Diknas Sulut secara kontinyu menyelenggarakan pelatihan jurnalistik ini. “Selain sangat positif dan bermanfaat bagi siswa yang nanti berminat jadi jurnalis, juga bagi guru-guru jadi keharusan memahami dunia jurnalistik. Hanya saja, untuk pelatihan berikutnya ada baiknya guru-guru yang hadir saat ini, itu juga yang mendampingi para siswa, sehingga materinya tidak mubazir,” tukasnya.
Kegiatan itu sendiri ditutup Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Diknas Sulut, Ferry Sangian yang diikut didampingi Ketua Panitia, Jendry Sualang. (Agust Hari)
Manado – Dunia jurnalistik rupanya menggugah 80-an siswa SMP se-Sulut yang ikut Pelatihan Penulisan Jurnalistik pada Selasa-Jumat (22-25/10) lalu di Hotel Sahid Kawanua. Bahkan materi-materi yang disampaikan seperti sejarah jurnalistik, kode etik, tehnik penulisan, teknik wawancara dan praktek membuat berita disimak secara saksama oleh para peserta yang didampingi puluhan guru pendamping.
“Jujur saja kami sangat antusias mendapat pelatihan ini, apalagi pemateri dari AJI Manado. Kami baru tahu ternyata seorang jurnalis tak cukup hanya pintar bermain kata-kata dalam menulis berita. Tetapi paling utama harus beretika,” tutur Yurike E Bangki, guru pendamping dari SMP Negeri 1 Amurang.
Dan persoalan etika itu menurutnya, sangat sejalan dengan dunia pendidikan. “Anak-anak sekolah sekarang ini, persoalan etika sudah mulai terkikis. Dan kami bersyukur ketika hadir pada pelatihan jurnalistik, etika menjadi hal paling penting disampaikan. Ternyata jurnalis juga ada kode etik dan wajib ikut ujian kompetensi jurnalis,” katanya.
Lain halnya disampaikan Teddy, guru dari Dimembe, Minut. Dia berharap Dinas Diknas Sulut secara kontinyu menyelenggarakan pelatihan jurnalistik ini. “Selain sangat positif dan bermanfaat bagi siswa yang nanti berminat jadi jurnalis, juga bagi guru-guru jadi keharusan memahami dunia jurnalistik. Hanya saja, untuk pelatihan berikutnya ada baiknya guru-guru yang hadir saat ini, itu juga yang mendampingi para siswa, sehingga materinya tidak mubazir,” tukasnya.
Kegiatan itu sendiri ditutup Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Diknas Sulut, Ferry Sangian yang diikut didampingi Ketua Panitia, Jendry Sualang. (Agust Hari)