Kotamobagu – Penyanyi dan pencipta lagu asal Kota Kotamobagu Zumi Paputungan, belum lama ini resmi merilis single ke-3 ciptaannya berjudul 1000 Tahun Menunggu, di beberapa kanal musik digital semacam Spotify, Joox, Apple Music, Deezer, dan lain-lain.
Uniknya, dia menjadi satu-satunya musisi yang membawa marga suku Mongondow yakni Paputungan.
“Kebanyakan pelaku seni mengganti namanya agar terdengar lebih keren, saya merasa bangga membawa marga saya karena menurut saya itu lebih menunjukan eksistensi kita sebagai orang Sulawesi,” ujar Zumi Paputungan.
Ditambahkan Zumi, bahwa sebagai musisi yang bergerak secara independen (indie), sejak akhir 2018 dirinya telah merilis 3 single ‘Trilogi Cinta’ masing-masing berjudul Air Mata, Goncang, dan 1000 Tahun Menunggu.
“Semuanya dirilis di platform digital seperti Joox, Spotify, Apple Music, iTunes, Youtube, dan semacamnya melalui bantuan Ares Musik yang ada di Jakarta, dan beberapa teman lokal support system saya,” tambah Zumi.
Dirinya menyebut tujuannya memproduksi karya-karyanya adalah untuk merangsang semangat para musisi-musisi khususnya dari daerah agar bisa menciptakan karya hingga karyanya bisa dinikmati masyarakat, dan diperdengarkan hingga ke luar daerah.
“Apalagi kita hidup di era sekarang, era dimana sangat mudah bagi musisi indie memproduksi sesuatu (karya) dan membagikannya hingga menjangkau luar daerah bahkan luar negeri, semuanya bisa juga menjadi lahan pendapatan baru bagi para pelaku seni kreatif,” ujar Zumi.
Dirinya pun berharap agar inisiatifnya itu bisa membangkitkan semangat musisi asal Bolaang mongondow lainnya, agar bisa berbuat sesuatu demi kemajuan musik tanah totabuan.
“Kita hidup di era dimana penonton Youtube bisa mengalahkan penonton televisi, dan media sosial pun diramaikan oleh para pendatang baru yang memproduksi karya-karya barunya secara mandiri (indie). Karena itulah kita harus pintar memanfaatkan momen ini, karena sejatinya karyalah yang membuat manusia menjadi abadi,” tutupnya.
(***/MiltonPantouw)