Manado, BeritaManado.com — Pergerakan buruh sangat dibutuhkan di negara demokrasi termasuk Indonesia.
“Pergerakan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekuasaan negara yang otoriter, tidak terjadi oligarki dan mencegah terjadinya klientilisme,” kata Pengamat Politik dan Sosial, Ferry Liando, saat menanggapi terkait Buku Rekson Silaban, Pergerakan Tanpa Batas, belum lama ini, di Bitung.
Lanjut Ferry Liando, di negara-negara yang demokrasinya maju, negara tersebut selalu memberikan ruang khusus bagi pergerakan buruh agar penguasa tidak berlaku dengan sewenang-wenang tanpa kontrol.
“Di Indoensia, termasuk Sulut pergerakan buruh terkesan terhambat sehingga tujuan yang diharapkan yaitu kesejahteraan buruh belum optimal,” tuturnya.
Kemudian, Hambatan itu disebabkan kebanyakan para elit-elit pergerakan banyak terlibat kepentingan politik praktis sehingga melemahkan semangat gerakan.
“Saat Pilkada banyak parpol yang merayu elit pergerakan sehingga kekompakan mereka terpecah. Gerakan sangat sulit masuk di arena kekuasaan karena ketidakkompakan itu,” jelasnya.
Liando menambahkan, di lembaga-lembaga politik malahan sebagain besar telah dikuasai kelompok pemodal.
“Para pemodal menempatkan kaki tangan mereka diparlemen agar kelak kepentingan mereka lebih diutamakan ketimbang kepentingan buruh,” sesal Liando.
Ia pun berharap, hadirnya buku berjudul “Rekson Silaban, Pergerakan Tanpa Batas” yang ditulis Marim Purba menjadi pemicu agar peregerakan perjuangan buruh di Sulut terkonsoidiasi kembali.
“Apalagi di Sulut telah didominasi oleh pekerja-pekerja dari luar negeri dan luar daereh. Sehingga menutup peluang pekerja lokal untuk bersaing. Padahal UMP Sulut salah satu tertinggi di Indoensia. Tapi sayang yang menikmati adalah pekerja dari luar,” tutupnya.
(Dedy Dagomes)