Tompaso – Sebelum upacara puncak Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili, bagi umat Khonghucu ada srangkaian ritual yang biasa dilakukan, baik di rumah maupun Kelenteng. Berikut ini penjelasan Ketua Komunitas Budaya Tionghoa Sulawesi Utara Sofyan Jimmy Yosadi SH kepada BeritaManado.com, Kamis (19/1/2017).
Hari Sabtu (21/1/2017) nanti dalam penanggalan kalender Imlek (tanggal 24 bulan XII tahun 2567 Kongzili), umat Khonghucu akan melaksanakan kewajiban sembahyang Zao Jun Shang Tian (naiknya) Malaikat Dapur Zao Jun menghadap Huang tian, Tuhan Yang Maha Besar. Hari tersebut juga bertepatan dengan hari “Ji Si Siang Ang”, yaitu kewajiban umat untuk beramal.
Beramal adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan menyambangi anak yatim piatu, fakir miskin, orangtua jompo, duda dan janda yang susah, termasuk mereka yang lagi mempersiapkan diri menyambut Tahun Baru Imlek namun berada dalam kondisi miskin. Bantuan sembako, baju bekas atau uang diberikan sebagai wujud sikap beramal.
“Kewajiban beramal bagi umat Khonghucu pada hari-hari jelang Imlek bukan hanya untuk sesama pemeluk agama, namun juga untuk mereka yang memiliki keyakikan atau kepercayaan lain. Akan tetapi beramal itu sendiri sebagaimana ajaran Khonghucu dilakukan setiap hari, bukan hanya saat Ji Si Siang Ang,” jelas Yosadi.
Sehari sebelum hari raya yaitu Jumat (27/1/2017), pagi hingga siang harinya, umat Khonghucu melaksanakan kewajiban sembahyang leluhur di rumah masing-masing. Leluhur yang dimaksud adalah keluarga yang telahwafat. Hal itu sebagai wujud bakti bagi kerabat leluhur yang masih hidup di dunia ini.
Malam harinya, seluruh keluarga berkumpul untuk tradisi makan bersama jelang tahun baru. Sesudah itu ramai-ramai ke Klenteng (Miao, Bio) untuk melaksanakan Thiam Hio, yaitu sembahyang sujud syukur kehadirat Huang Tian Shang Di, Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan lindungan sepanjang tahun yang baru saja berlalu.
Selain itu, sembahyang tersebut juga merupakan kesempatan untuk memanjatkan permohonan untuk mendapatkan berkat, lindungan, kesehatan dan rejeki di tahun baru. Sesudah itu, biasanya seluruh umat Khonghucu berkumpul sambil menunggu malam pergantian tahun. Momen itu biasanya ditandai dengan pemasangan kembang api.
Tradisi tersebut merupakan simbol mengusir roh jahat dan hawa yang tidak baik. Memakai pakaian berwarnah merah adalah wujud manusia yang bergembira, berkat serta keberanian. Besok harinya yaitu pada hari pertama Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili, tradisi dilanjutkan dnegan silaturahmi saling mengunjungi antara kerabat dan saudara serta teman.
“Sesudah Hari Raya Imlek 2568, masih banyak lagi ritual keagamaan yang biasa dilakukan yang akan berpuncak pada saat Cap Goh Meh (yang artinya lima belas, meh artinya malam). Hari itu dalam tradisi dialek Manado disebut “Pasiar Tapikong” yang jatuh pada Sabtu (11/2/2017),” kata Yosadi. (frangkiwullur)
Tompaso – Sebelum upacara puncak Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili, bagi umat Khonghucu ada srangkaian ritual yang biasa dilakukan, baik di rumah maupun Kelenteng. Berikut ini penjelasan Ketua Komunitas Budaya Tionghoa Sulawesi Utara Sofyan Jimmy Yosadi SH kepada BeritaManado.com, Kamis (19/1/2017).
Hari Sabtu (21/1/2017) nanti dalam penanggalan kalender Imlek (tanggal 24 bulan XII tahun 2567 Kongzili), umat Khonghucu akan melaksanakan kewajiban sembahyang Zao Jun Shang Tian (naiknya) Malaikat Dapur Zao Jun menghadap Huang tian, Tuhan Yang Maha Besar. Hari tersebut juga bertepatan dengan hari “Ji Si Siang Ang”, yaitu kewajiban umat untuk beramal.
Beramal adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan menyambangi anak yatim piatu, fakir miskin, orangtua jompo, duda dan janda yang susah, termasuk mereka yang lagi mempersiapkan diri menyambut Tahun Baru Imlek namun berada dalam kondisi miskin. Bantuan sembako, baju bekas atau uang diberikan sebagai wujud sikap beramal.
“Kewajiban beramal bagi umat Khonghucu pada hari-hari jelang Imlek bukan hanya untuk sesama pemeluk agama, namun juga untuk mereka yang memiliki keyakikan atau kepercayaan lain. Akan tetapi beramal itu sendiri sebagaimana ajaran Khonghucu dilakukan setiap hari, bukan hanya saat Ji Si Siang Ang,” jelas Yosadi.
Sehari sebelum hari raya yaitu Jumat (27/1/2017), pagi hingga siang harinya, umat Khonghucu melaksanakan kewajiban sembahyang leluhur di rumah masing-masing. Leluhur yang dimaksud adalah keluarga yang telahwafat. Hal itu sebagai wujud bakti bagi kerabat leluhur yang masih hidup di dunia ini.
Malam harinya, seluruh keluarga berkumpul untuk tradisi makan bersama jelang tahun baru. Sesudah itu ramai-ramai ke Klenteng (Miao, Bio) untuk melaksanakan Thiam Hio, yaitu sembahyang sujud syukur kehadirat Huang Tian Shang Di, Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan lindungan sepanjang tahun yang baru saja berlalu.
Selain itu, sembahyang tersebut juga merupakan kesempatan untuk memanjatkan permohonan untuk mendapatkan berkat, lindungan, kesehatan dan rejeki di tahun baru. Sesudah itu, biasanya seluruh umat Khonghucu berkumpul sambil menunggu malam pergantian tahun. Momen itu biasanya ditandai dengan pemasangan kembang api.
Tradisi tersebut merupakan simbol mengusir roh jahat dan hawa yang tidak baik. Memakai pakaian berwarnah merah adalah wujud manusia yang bergembira, berkat serta keberanian. Besok harinya yaitu pada hari pertama Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili, tradisi dilanjutkan dnegan silaturahmi saling mengunjungi antara kerabat dan saudara serta teman.
“Sesudah Hari Raya Imlek 2568, masih banyak lagi ritual keagamaan yang biasa dilakukan yang akan berpuncak pada saat Cap Goh Meh (yang artinya lima belas, meh artinya malam). Hari itu dalam tradisi dialek Manado disebut “Pasiar Tapikong” yang jatuh pada Sabtu (11/2/2017),” kata Yosadi. (frangkiwullur)