Manado – Pengamat Politik dan Pemerintahan Taufik Tumbelaka mengatakan Penjabat bupati/wali kota yang akan ditetapkan oleh Penjabat Gubernur Sulut Dr Soni Sumarsono, MDM nantinya akan bermuara ke sistem penilaian dengan dua variabel parameter.
Dua variabel tersebut bidang ilmu pemerintahan disebut kapabilitas dan aksebiitas.
Dia menambahkan, jika Sumarsono mengacu pada variabel aksebilitas seyogianya semua Pejabat Eselon II khususnya yg telah senior pasti akan mempunyai kemampuan yang relatif sama.
“Yang membedakan adalah jam terbang. Namun jika masuk ke variabel kapabilitas, ceritanya jadi lain karna ini menyangkut atitude seseorang,” ujar Tumbelaka kepada BeritaManado.com Minggu, (15/11/2015).
Tumbelaka menjelaskan, sikap mental seseorang itu berbeda, terkait pemimpin daerah ini masuk ke wilayah karakter, integritas dan leadership.
Tidak semua orang yang secara aksebilitas sangat baik dianggap mempunyai kapabilitas yang baik.
“Ini masuk “wilayah suci” faktor IQ, EQ dan sekarang berkembang dengan faktor SQ,” katanya.
Pada ranah inilah dia mengharapkam penjabat gubernur menilai secara teliti dan seksama. Tidak sedikit (jika tidak bisa dibilang banyak) Pejabat di lingkungan Pemprop.
“Sulut lemah di variabel kapabilitas. Untuk itu diharapkan nantinya yang terpilih menjadi Penjabat Bupati/Wali Kota adalah figur yg kapabel agar mendapat resistensi sosial dan politik yang rendah serta otomatis berbonus legitimasi yang tinggi. Jika ini terjadi sang penjabat akan dapat berkarya dengan baik seperti Penjabat Gubernur Sulut, Dr Sumarsono,” pungkasnya.
Manado – Pengamat Politik dan Pemerintahan Taufik Tumbelaka mengatakan Penjabat bupati/wali kota yang akan ditetapkan oleh Penjabat Gubernur Sulut Dr Soni Sumarsono, MDM nantinya akan bermuara ke sistem penilaian dengan dua variabel parameter.
Dua variabel tersebut bidang ilmu pemerintahan disebut kapabilitas dan aksebiitas.
Dia menambahkan, jika Sumarsono mengacu pada variabel aksebilitas seyogianya semua Pejabat Eselon II khususnya yg telah senior pasti akan mempunyai kemampuan yang relatif sama.
“Yang membedakan adalah jam terbang. Namun jika masuk ke variabel kapabilitas, ceritanya jadi lain karna ini menyangkut atitude seseorang,” ujar Tumbelaka kepada BeritaManado.com Minggu, (15/11/2015).
Tumbelaka menjelaskan, sikap mental seseorang itu berbeda, terkait pemimpin daerah ini masuk ke wilayah karakter, integritas dan leadership.
Tidak semua orang yang secara aksebilitas sangat baik dianggap mempunyai kapabilitas yang baik.
“Ini masuk “wilayah suci” faktor IQ, EQ dan sekarang berkembang dengan faktor SQ,” katanya.
Pada ranah inilah dia mengharapkam penjabat gubernur menilai secara teliti dan seksama. Tidak sedikit (jika tidak bisa dibilang banyak) Pejabat di lingkungan Pemprop.
“Sulut lemah di variabel kapabilitas. Untuk itu diharapkan nantinya yang terpilih menjadi Penjabat Bupati/Wali Kota adalah figur yg kapabel agar mendapat resistensi sosial dan politik yang rendah serta otomatis berbonus legitimasi yang tinggi. Jika ini terjadi sang penjabat akan dapat berkarya dengan baik seperti Penjabat Gubernur Sulut, Dr Sumarsono,” pungkasnya.