Sitaro, BeritaManado.com — Pulau Siau di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) dikenal di mata dunia dengan hasil komoditi pala kualitas terbaik.
Sontak saja emas hitam menjadi sumber perekonomian warga.
Akan tetapi, harga komoditi pala di pasaran akhir-akhir ini terus menurun. Bahkan penurunan terjadi hampir setiap bulan sehingga petani mulai frustasi. Mereka menilai permainan para pembeli ikut memperburuk harga.
Di tingkat pengepul harga pala A sekira Rp65-66 ribu per kilogram (kg). Harga itu turun Rp13 ribu dari sebelumnya pada Februari Rp78 ribu per kg. Adapun pala AT dihargai Rp56 ribu per kg atau turun Rp4 ribu dari Rp60 ribu per kg di bulan Februari. Sementara itu, harga fully masih normal Rp225 ribu per kg.
“Kondisi ini membuat kami sangat terpukul akibat kemerosotan harga pala belakangan ini,” ujar Markus Salindeho, petani asal Kecamatan Siau Tengah di Ondong, Rabu (03/05/2023).
Saat bersamaan, Abner Tahulending, petani pala asal Kecamatan Siau Barat, mengungkapkan hal senada. Dia menuturkan, harga komoditi pala setahun terakhir cenderung menurun. Kondisi tersebut diakuinya merasa sangat terpukul sebab kehidupan keluarganya hampir total bergantung pada pala.
“Untuk sementara ini kami tidak menjual semua hasil panen pala. Sebagian disimpan menunggu hingga harga pala merangkak naik. Kita juga menjual hasil perkebunan lainnya seperti buah pisang dan ubi-ubian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tutur dia.
Markus, Abner atau petani pala lainnya kebingungan mengapa harga pala anjlok. Sejauh ini, mereka menerima begitu saja harga yang ditawarkan para pembeli saat ini.
Olding Kalangit, salah satu pengepul pala di Kota Ondong menuturkan, tidak mengetahui secara pasti kemerosotan harga pala saat ini.
Dia berpendapat, harga komoditi pala bisa turun karena imbas hukum pasar. Di mana barang banyak permintaan sedikit harga turun begitu pula sebaliknya.
“Saat ini kami mengikuti harga di pasaran, jika tidak kami akan merugi,” tandas dia.
(Jackmar Tamahari)