Empat hari sudah bencana menimpa saudara-saudari kita di Kota Manado dan sekitarnya. Korban jiwa dan materi menandai bahwa yang dihadapi manusia saat itu bukanlah kemarahan, melainkan kedahsyatan alam. Seketika peristiwa itu terjadi mungkin sempat terlitas dalam pikiran inikah akhir dari dunia ini? Sebagai manusia biasa sangat wajar jika bereaksi seperti itu. Akan tetapi sebagai orang beriman, percayalah bahwa harapan itu tetap ada.
Hari ini, matahari hanya sesekali menampakkan cahayanya. Jika matahari bisa berbicara mungkin dia akan berkata, “hai manusia lihatlah, dibalik tebalnya awan hitam aku masih ada”. Sejenak marilah kita sebagai manusia berefleksi. Bertanyalah mengapa alam menunjukkan kedahsyatannya? Lantas bagaimana sikap kita selanjutnya?
Pada dasarnya, manusia diberikan kuasa oleh Tuhan sendiri untuk mengusahakan dan memelihara bumi ini. Namun apa yang terjadi, manusia di jaman sekarang malah merusaknya. Ratusan bahkan ribuan hektar hutan dibabat hingga nyaris tak tersisa. Benar kata bapak dan ibu guru di sekolah dulu, bahwa jika pohon ditebang maka tidak ada lagi yang akan menahan air yang jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
Kejadian yang baru saja disaksikan oleh seluruh penduduk dunia melalui berbagai tayangan media massa setidaknya mau memperingatkan kita akan satu pekerjaan sepele yaitu menanam pohon. Pertanyaannya, masih adakah orang-orang yang rela mencurahkan keringatnya dan mengotori sedikit tangan serta kakinya untuk sekedar menanam pohon? Putuskanlah hari ini, apakah kita mau menjadi sahabat alam atau sebaliknya. (Frangki Wullur)