Manado – Bernard Weley, guru sejarah di Minahasa yang hidup dan menderita pada masa-masa kekecaman pemerintah orde baru terhadap kehadiran Partai Komunis Indonesia (PKI) memberi pernyataan menarik.
Baginya, saat ini pemerintah sebaiknya menghapus stigma dan sebutan orang PKI, Permesta, Kahar Muzakkar dan lain-lain. Karena yang harus dibangun sekarang adalah rasa nasionalisme. “Sudah lah bicara yang sana dia bekas keluarga PKI dan lain-lain, sudah cukup. Karena kalau mau tahu sejarahnya yang benar, PKI hanya korban dari militer yang anda tahu siapa dalangnya waktu itu. Film G30S PKI kenapa tidak diputar lagi, karena semua sudah tahu itu hanya rekayasa dan memutarbalikkan fakta,” terangnya berapi-api saat hadir dalam Bedah Buku ‘Sulawesi Bersaksi’, Kamis (5/12/2013) di Ruang Teater Fakultas Ilmu Budaya Unsrat.
Pria yang juga pelaku sejarah ini mempertanyakan kenapa sampai hari ini para sejarawan di Jakarta tidak pernah menulis fakta sesungguhnya peristiwa PKI. “Harusnya ditulis sehingga anak cucu kita tahu yang sebenarnya soal PKI,” tambahnya.
Bedah buku itu menghadirkan Putu Oka Sukanta (editor ‘Sulawesi Bersaksi’), kemudian Freddy Wowor, Alex Ulaen sebagai pembanding dan moderator Ivan RB Kaunang. Ratusan orang sangat antusias terlihat hadir, baik kalangan akademisi, pelaku sejarah, mahasiswa dan wartawan dalam acara yang ikut disupport AJI Manado. (Agust Hari)