Manado – Aksi demonstrasi ratusan massa yang tergabung dalam Forum Lintas Gereja, Pemuda dan Mahasiswa se Sulut, di kawasan Patung Wolter Monginsidi Kelurahan Bahu Manado, Jumat (01/10/10) kemarin siang. Pendemo membawa salib untuk dipikul keliling sesuai route yang telah disetujui pihak berwajib.
Kegiatan ini diawali dengan doa, yang dibawakan oleh Michael Jacobus, Penanggung jawab aksi.
Dalam orasinya Michael, mengatakan tindakan in merupakan ekspresi bahwa kebebasan beragama mutlak ditegakkan sebab dijamin oleh UUD 1945, bukan hanya sekadar slogan saja. “Aksi ini bukan bentuk pemberontakan, tapi wujud panggilan iman untuk menyuarakan bahwa umat kristen juga bebas beragama dan berhak menjalankan ibadah di Indonesia, termasuk Bekasi yang masih dipasung kebebasannya,” katanya.
Ia juga meminta pemerintah untuk mencabut SKB 2 Menteri yang dinilai tak relevan lagi untuk diterapkan. ” Bubarkan juga FPI, karena jika tidak negara bisa kacau,” kecamnya.
Dikatakan Michael, agama tak perlu pembela seperti FPI karena sudah dijamin oleh undang-undang untuk dapat perlakuan yang sama. “Kami minta juga aparat berwajib menuntaskan pengusutan tindakan anarkis terhadap hamba Tuhan di Bekasi,” tegasnya.
Hal senada diungkapkan Mourits Monigir Ketua Senat Fisip Unsrat. Menurutnya, kehadiran FPI yang berlagak seperti aparat penegak hukum mesti ditiadakan dari bumi Indonesia. “Jangan ada polisi swasta yang mengobrak-abrik hak kita sebagai warga negara, jadi jubarkan FPI karena sudah bertindak seperti TNI dan Polri sebagai penegak hukum dan penjaga keamanan di negara Indonesia,” tuturnya.
Sedangkan, Max Tontey dari YPTK UKIT, menegaskan kekristenan di negara ini tak bisa ditindas dan dinomorduakan oleh kelompok manapun karena memiliki hak yang sama sepeti dijamin konstitusi.
Sekum GMKI, Risal Lumombo, mengungkapkan munculnya kekerasan dalam beragama di Indonesia karena mandulnya sistem pemerintahan. Setelah berorasi massa meninggalkan kawasan Patung Wolter Monginsidi menuju kampus Unsrat dan DPRD Sulut, sambil memikul salib.
Di DPRD sendiri mereka akan melakukan aksi teatrikal terkait kekerasan terhadap umat kristen. Puluhan aparat keamanan tampak bersiaga mengawal demonstrasi agar berjalan tertib dan damai. Akses jalan sempat ditutup sejenak karena banyaknya massa yang terlibat. (IS)
Manado – Aksi demonstrasi ratusan massa yang tergabung dalam Forum Lintas Gereja, Pemuda dan Mahasiswa se Sulut, di kawasan Patung Wolter Monginsidi Kelurahan Bahu Manado, Jumat (01/10/10) kemarin siang. Pendemo membawa salib untuk dipikul keliling sesuai route yang telah disetujui pihak berwajib.
Kegiatan ini diawali dengan doa, yang dibawakan oleh Michael Jacobus, Penanggung jawab aksi.
Dalam orasinya Michael, mengatakan tindakan in merupakan ekspresi bahwa kebebasan beragama mutlak ditegakkan sebab dijamin oleh UUD 1945, bukan hanya sekadar slogan saja. “Aksi ini bukan bentuk pemberontakan, tapi wujud panggilan iman untuk menyuarakan bahwa umat kristen juga bebas beragama dan berhak menjalankan ibadah di Indonesia, termasuk Bekasi yang masih dipasung kebebasannya,” katanya.
Ia juga meminta pemerintah untuk mencabut SKB 2 Menteri yang dinilai tak relevan lagi untuk diterapkan. ” Bubarkan juga FPI, karena jika tidak negara bisa kacau,” kecamnya.
Dikatakan Michael, agama tak perlu pembela seperti FPI karena sudah dijamin oleh undang-undang untuk dapat perlakuan yang sama. “Kami minta juga aparat berwajib menuntaskan pengusutan tindakan anarkis terhadap hamba Tuhan di Bekasi,” tegasnya.
Hal senada diungkapkan Mourits Monigir Ketua Senat Fisip Unsrat. Menurutnya, kehadiran FPI yang berlagak seperti aparat penegak hukum mesti ditiadakan dari bumi Indonesia. “Jangan ada polisi swasta yang mengobrak-abrik hak kita sebagai warga negara, jadi jubarkan FPI karena sudah bertindak seperti TNI dan Polri sebagai penegak hukum dan penjaga keamanan di negara Indonesia,” tuturnya.
Sedangkan, Max Tontey dari YPTK UKIT, menegaskan kekristenan di negara ini tak bisa ditindas dan dinomorduakan oleh kelompok manapun karena memiliki hak yang sama sepeti dijamin konstitusi.
Sekum GMKI, Risal Lumombo, mengungkapkan munculnya kekerasan dalam beragama di Indonesia karena mandulnya sistem pemerintahan. Setelah berorasi massa meninggalkan kawasan Patung Wolter Monginsidi menuju kampus Unsrat dan DPRD Sulut, sambil memikul salib.
Di DPRD sendiri mereka akan melakukan aksi teatrikal terkait kekerasan terhadap umat kristen. Puluhan aparat keamanan tampak bersiaga mengawal demonstrasi agar berjalan tertib dan damai. Akses jalan sempat ditutup sejenak karena banyaknya massa yang terlibat. (IS)