
Manado, BeritaManado.com — Menyikapi kondisi Bangsa Indonesia yang makin memprihatinkan, di mana kebebasan individu makin tidak terkontrol, Akademisi Provinsi Sulawesi Utara, Ferry Daud Liando, menyoroti Polarisasi Pemilu saat ini yang mengganggu Wawasan Kebangsaan.
Menurut Ferry yang juga sebagai Dosen Ilmu Politik dan Kepemiluan Unsrat, Demokrasi sering disalahpahami bahwa seolah-olah setiap warga negara berhak melakukan apa saja, termasuk menghasut, mengadudomba, merampok, merampas, dan mencelakakan orang lain, hingga banyak pihak melakukan tindakan yang tidak wajar.
“Banyak yang salah kaprah soal HAM (Hak Asasi manusia). HAM bukan berarti setiap warga negara bebas berbuat apa saja termasuk tindakan kejahatan,” ungkap Ferry Senin, (5/11/2022).
Lanjut Ferry, pilihan masyarakat yang berbeda satu sama lain dalam pemilu kerap melahirkan polarisasi.
Adapun polarisasi seharusnya adalah hal yang wajar, namun sebagian elite kerap memanfaatkan polarisasi itu dengan saling mengintimidasi dan mengadu domba.
“Masing-masing sering melemparkan rasa sentimen, kebencian, dan permusuhan,” tukas Ferry.
Ferry Liando yang aktif sebagai Dosen Unsrat itu juga menjelaskan terdapat beberapa penyebab, antara lain karena bangsa ini makin krisis keteladanan yang membuat masyarakat makin terbelenggu dengan kemiskinan dan buruknya pelayanan publik.
Sementara para wakil yang dipilih menduduki jabatan-jabatan politik, tidak memenuhi janji-janji ketika hendak merebut hati rakyat saat kampanye.
“Sebagian aktor politik yang harusnya menjadi teladan, namun banyak yang hanya mempertontonkan kekayaan. Bahkan ada dugaan sebagian atas hasil tindakan yang menyimpang,” sorot Ferry.
Tak sampai di situ saja, Ferry menambahkan bahwa, ketika hendak merebut kekuasaan saat pemilu, sebagian calon berlomba-lomba memenangi dengan cara-cara yang tidak wajar.
“Perilaku para aktor politik ini mewabah pada sebagian masyarakat. Faktor lainnya disebabkan karena perkembangan teknologi yang makin vulgar tanpa kontrol, penegakan hukum yang kerap tidak melahirkan efek jerah,” jelas Ferry.
Meski begitu, Dosen ilmu Politik dan Kepemiluan Unsrat itu mengatakan bahwa, salah satu cara untuk mencegah adalah penguatan Wawasan Kebangsaan bagi setiap warga negara, di mana wawasan kebangsaan adalah pengetahuan tentang komitmen bagaimana menjaga keutuhan bangsa, bagaimana mencapainya dan apa yang menjadi kewajiban bagi setiap warga negara.
“Wawasan kebangsaan adalah semangat menjaga dan memelihara keutuhan bangsa,” terang Ferry.
(Erdysep Dirangga)