Tahuna, BeritaManado.com — Sekitar satu tahun lebih berhadapan langsung dengan Pandemi COVID-19 membuat para tenaga kesehatan dokter dan perawat terbalut rasa letih yang tak tertahankan.
Meski berada dalam situasi cukup mengkhawatirian, para dokter, perawat dan juga tim relawan RSD Liun Kendage Tahuna ini masih cukup tegar untuk menebar senyuman, tak terkecuali kepada para pasien COVID-19 serta keluarga yang mendampingi.
Seperti yang bisa dilihat dari beberapa foto eksklusif dikirimkan salah satu perawat kepada BeritaManado.com, Kamis (29/7/2021).
Nurse (Ns) Meylan Pusung, salah satu perawat di RSD Liun Kendage Tahuna menuturkan sepenggal kisah suka dan duka menghadapi Pandemi COVID-19 dalam kurun waktu kurang lebih 16 bulan terakhir sejak kasus COVID-19 muncul di Sulawesi Utara.
Pada awal-awal kemunculan COVID-19 di bumi nyiur melambai, meski di wilayah Kepulauan Sangihe belum ada kasus, akan tetapi para tenaga kesehatan langsung disiagakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Kepada BeritaManado.com, Kamis (29/7/2021), Ns Meylan Pusung mengungkapkan menghadapi Pandemi Global COVID-19 memang secara manusiawi ada rasa cemas terhadap diri sendiri maupun keluarga dan kerabat di kampung halaman.
“Meski demikian, sebagai tenaga kesehatan yang berada di bawah sumpah profesi, maka saya dan rekan perawat maupun dokter harus berani mengambil keputusan untuk hidup berdampingan dengan virus yang telah merenggut banyak nyawa. Puji Tuhan, berkat dukungan doa orangtua, keluarga dan kerabat, saya masih berada dalam lindungan Tuhan,” tuturnya.
Di tengah-tengah rasa optimis dan bersemangat melayani masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe, Ns Meylan sapaan akrabnya mengaku dirinya dan juga rekan seprofesi lainnya juga menyimpan rasa sedih yang mendalam karena ada rekan seprofesi harus gugur saat menjalankan tugas.
Namun demikian, sejumlah tenaga kesehatan yang gugur dalam tugas saat menghadapi Pandemi COVID-19 bagi Ns Meylan menjadi motivasi untuk memperkuat komitmen pengabdian kepada masyarakat.
“Kalau dibilang kami letih itu benar adanya akan tetapi secara umum jika profesi kami dihakimi dengan pernyataan tidak bekerja profesional, itu keliru. Sebab jika kami tidak bekerja profesional, mungkin akan lebih banyak pasien COVID-19 yang meninggal dunia. Kalaupun ada oknum nakes yang tidak bekerja profesional, menurut saya itu tinggal bagaimana yang bersangkutan berurusan dengan Tuhan, hukum dan kode etik profesi,” ungkapnya.
Mengakhiri penuturannya, Ns Meylan mengatakan bahwa yang dimiliki para nakes di RSD Liun Kendage Tahuna dan juga rumah sakit lain hanyalah hati yang gembira yang terpancar dari senyuman kepada sesama nakes maupun pasien.
(Frangki Wullur)