Manado, BeritaManado.com – Bencana angin puting beliung di Desa Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Selatan ternyata bisa terjadi di mana saja.
Koordinator Observasi BMKG Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, Ben Arther Molle menjelaskan masa transisi dari musim hujan ke kemarau seperti sekarang lebih berpotensi menimbulkan puting beliung.
Umumnya, kata Ben Arther Molle, penyebab puting beliung dipicu pertumbuhan awan cumulonimbus secara tiba-tiba.
“Dan ini bisa terjadi di mana saja, apalagi jika kondisi cuacanya lokasi sekitar menjadi pemicu,” terang Ben kepada BeritaManado.com, Jumat (25/6/2021).
Menurut dia, puting beliung pada umumnya berlangsung singkat dan tidak ada susulan.
“Tetapi patut waspada karena puting beliung berkecepatan tinggi berkisar 63-90 kilometer per jam. Ini bisa membentuk pusaran dan dapat menghancurkan apa saja yang dilewati di depannya,” terangnya.
Di Sulut, puting beliung dapat terjadi pada masa ini karena sedang pancaroba.
“Kalaup pun ada, terjadi biasanya pada siang atau pagi. Jarang malam hari,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, angin puting beliung memporak-porandakan rumah warga di Desa Tumaluntung, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minsel.
Saking kuatnya, beberapa pohon tumbang sehingga akses jalan tak bisa dilewati.
Peristiwa ini terjadi sekira Pukul 17.20 Wita, saat hari menjelang malam, Kamis (24/6/2021).
Dari informasi yang berhasil dihimpun, ada puluhan rumah warga dan sekolah dasar mengalami kerusakan.
Warga kemudian bergotong royong membersihkan puing-puing pohon roboh dan memperbaiki atap rusak.
Detik-detik dahsyatnya angin tersebut sempat terekam kamera warga.
Warga Tumaluntung raya sempat kaget sebab saat angin mengamuk cuaca cukup cerah.
“Ada 47 rumah warga yang rusak berat. Itu belum termasuk dengan rumah yang hanya rusak bagian atapnya,” ujar Yenny, warga desa setempat.
(Alfrits Semen)