Kema, BeritaManado.com — 152 tahun lalu merupakan awal mula dari kembalinya misi Katolik di wilayah Keuskupan Manado saat ini, tepatnya di semenanjung Pantai Kema Kabupaten Minahasa Utara melalui keberadaan sebuah dermaga tua yang dahulunya merupakan sebuah pelabuhan tempat berlabuhnya kapal-kapal Belanda.
Kini, dermaga tua itu seakan menjadi saksi bisu dari berlabuhnya seorang misionaris Serikat Jesus bernama Pater Johanes de Vries SJ yang tiba di Pelabuhan Kema 14 September 1868 silam, dimana tujuan utamanya yaitu menuju Langowan, sebagaimana permintaan Daniel Mandagi melalui sepucuk suratnya kepada Uskup Batavia Mgr Petrus Maria Vrancken untuk membaptis anaknya.
Berdasarkan keterangan warga setempat, bahwa di pesisir Pantai Kema saat ini memang sudah ada beberapa pelabuhan dengan dermaga yang reprepsentatif, namun sisa-sisa dermaga tua masih tampak di belakang sebuah musolah tempat ibadah umat Islam.
Saat mengunjungi lokasi tersebut, BeritaManado.com mendapaptkan puing-puing seperti bagian-bagian dari dermaga tua yang sudah tidak utuh lagi, dimana ada beberapa bagian terpisah satu sama lain dan terpencar tak beraturan di pinggir Pantai Kema.
Sekilas diamati, penggalan tembok-tembok tersebut yang sudah ditutupi dengan kerang masih tampak kokoh dan kuat, namun nyaris tak tampak bagian dermaga jika dilihat dari kejauhan.
Meski demikian, menurut Simon Lariunaung bahwa sisa-sisa Dermaga Tua di Pantai Kema itu tetap dianggap sebagai peninggalan masa lalu bernilai sejarah tinggi sekaligus sebagai pintu gerbang bagi masuknya kembali misi Katolik di wilayah Keuskupan Manado.
“Dari yang saya ketahui berdasarkan cerita turun temurun, Dermaga Tua Kema itu memang merupakan sarana transportasi yang mungkin dibuat pada zaman Belanda menjajah Indonesia untuk mempermudah akses,” ujar Simon yang juga merupakan Kostor di Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius Kema.
Ditambahkannya, kisah sejarah kedatangan Pater Johanes de Vries 152 tahun silam itu telah diabadikan di depan Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius Kema melalui sebuah monumen pembaptisan kepada puluhan umat di Kema sebelum bertolak menuju Langowan dari dermaga yang sama.
Ketua Satu Dewan Pastoral Paroki St Petrus Langowan Recky Kaligis yang juga merupakan pemerhati sejarah gereja memberikan apresiasi terhadap napak tilas sejarah yang dilakukan Seksi Komunikasi Sosial (Komsos).
“Akan lebih lengkap lagi data-data sejarahnya kalau diperoleh dokumen foto Dermaga Tua Kema yang masih utuh, agar bisa mendapatkan perbandingan keadaan masa lalu dan masa kini. Menurut saya upaya penelusuran sejarah ini pantas diapresiasi dan didukung agar bisa berkelanjutan,” ujarnya.
Pada bagian lain, Vikaris Episkopalis (Vikep) Tomohon Pastor Albertus Imbar Pr juga memberikan apresiasi atas upaya yang dilakukan Komsos Paroki St Petrus Langowan itu untuk menambah koleksi data sejarah bagi pengembangan Museum Misi Keuskupan Manado di masa yang akan datang.
“Saya pikir meskipun terobosan yang dilakukan secara mandiri, akan tetapi upaya ini memiliki hasil yang sangat besar. Memang masih banyak data sejarah yang perlu untuk terus digali, akan tetapi itu semua membutuhkan waktu dan niat yang tulus, karena pada akhirnya juga, semuanya juga berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas iman umat,” tandasnya.
(Frangki Wullur)