Tahuna – Saat mengecek kesiapan dan kewaspadaan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgaspamtas) RI – Filipina di Pos Komando Taktis Satgaspamtas Yonif 712/Wiratama yang berada di Pulau Tinakareng, Kabupaten Kepulauan Sangihe beberapa waktu yang lalu, Komandan Korem 131/Santiago Kolonel Inf A.A.B. Maliogha tak menyia-nyiakan kesempatan berkeliling ke pulau-pulau di sekitar perairan Tinakareng.
Dari atas perahu motor kecil berkapasitas 6 – 8 orang yang biasa disebut masyarakat setempat sebagai ‘pelang’, Danrem mengamati kondisi perairan sekitar Pulau Tinakareng dan beberapa pulau kecil yang berada di sekitarnya. Setiap kali menjumpai perkampungan di pesisir pulau, Kolonel Maliogha menyempatkan diri untuk turun dari perahu dan menyapa masyarakat yang sedang melakukan berbagai aktifitas: mulai dari memperbaiki jaring ikan, memeriksa badan perahu-perahu nelayan, menyiapkan peralatan pancing, sampai dengan ibu-ibu yang sedang membersihkan ikan untuk dibakar sebagai sarapan pagi bersama keluarganya.
Kepada masyarakat pulau, demikian sebutan bagi warga yang tinggal di pulau-pulau kecil di daerah perbatasan RI – Filipina yang berada di wilayah bagian Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud, yang hampir seluruhnya bermata pencaharian sebagai nelayan, Danrem senantiasa menanyakan situasi keamanan saat melaut dan potensi laut sebagai sumber nafkah mereka dikaitkan dengan kemungkinan keberadaan nelayan-nelayan asing tak di kenal yang beroperasi di sekitar perairan Sangihe – Talaud.
Dari sinilah Kolonel Maliogha dapat memperoleh informasi bahwa masalah terbesar yang dihadapi warga bukanlah kasus pencurian/perusakan perahu nelayan ataupun keberadaan perompak sebagai sumber masalah klasik di lautan, namun ketidakmampuan perahu-perahu motor tempel kecil mereka menghadapi gelombang ganas perairan Sangihe – Talaud yang memang berada di bibir Samudera Pasifik, keterbatasan jatah BBM yang boleh mereka beli sebagai bekal utama turun ke laut, serta ketidakberdayaan mereka menghadapi hukum ekonomi pasar: saat banyak ikan, harga jatuh; dan saat sedikit ikan, harga melambung tinggi.
Terkait keberadaan kapal-kapal nelayan asing yang tak dikenal, sebagian besar masyarakat cenderung mengatakan tidak ada. Selain mungkin karena perahu-perahu kecil mereka tidak sampai beroperasi jauh sampai ke laut lepas karena memang ukurannya yang kecil sehingga relatif sulit menghadapi ganasnya Laut Sulawesi, keterbatasan jatah BBM yang boleh mereka beli di SPBU Petta yang berada di Pulau Sangihe membuat mereka menahan diri untuk tidak melaut terlalu jauh ke laut lepas.
Meskipun demikian, Danrem tetap mengingatkan kepada setiap warga untuk tetap waspada terhadap kemungkinan keberadaan orang-orang/kapal-kapal nelayan asing di sekitar perairan tempat mereka biasa melaut. Semuanya demi keamanan bersama, apalagi terkait isu bahwa beberapa tahun yang lalu pulau-pulau kecil tak berpenghuni di sekitar perbatasan RI – Filipina ini sempat dikabarkan menjadi tempat penyelundupan senjata dan jalur penyeberangan para teroris.(Penrem 131/Santiago)