Tondano, BeritaManado.com – Prosesi Cap Go Meh atau yang lazim disebut Tapikong bagi warga Sulawesi Utara setiap tahunnya selalu menjadi perhatian warga masyarakat dari berbagai penjuru bumi nyiur melambai.
Aksi-aksi para Tang Sin selalu dinanti warga untuk disaksikan dan diabadikan dengan berbagai media dokumentasi, mulai dari smartphone hingga kamera.
Untuk tahun ini, Cap Go Meh di sejumlah Klenteng di Sulawesi Utara rencananya akan dilaksanakan pada Sabtu (24/2/2024) yang didahului dengan persembahyangan besar sebagai puncak Tahun Baru Imlek.
Hajatan keagamaan yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Sulut lintas agama ini terbukti mampu menyedot perhatian masyarakat, tak peduli apapun kondisi cuacanya.
Apakah itu cuaca panas terik maupun hujan, sepanjang lintasan yang akan dilalui prosesi Cap Go Meh ini pasti dipadati warga yang ingin menonton.
Hal itu sebagaimana diakui salah satu warga Minahasa asal Tondano Maya Tumewu kepada BeritaManado.com, Minggu (11/2/2024).
“Sejak masih kuliah dulu di Manado hingga saat ini, jika tidak ada agenda pribadi yang mendesak saya dan teman-teman berupaya untuk menyaksikan prosesi Cap Go Meh ini,” ungkap Maya Tumewu.
Ditambahkannya, Cap Go Meh tersebut sudah menjadi agenda wisata religi, sehingga beberapa tahun terakhir (diluar masa Pandemi COVID-19), sering disaksikan oleh turis-turis mancanegara.
“Saya berharap, Cap Go Meh juga kedepan dapat menjadi sarana pemersatu selruuh warga Sulut dari ebrbagai suku, agama dan ras. Dengan demikian toleransi dapat terus terpelihara dengan baik,” harapnya.
(Frangki Wullur)
Tondano, BeritaManado.com – Prosesi Cap Go Meh atau yang lazim disebut Tapikong bagi warga Sulawesi Utara setiap tahunnya selalu menjadi perhatian warga masyarakat dari berbagai penjuru bumi nyiur melambai.
Aksi-aksi para Tang Sin selalu dinanti warga untuk disaksikan dan diabadikan dengan berbagai media dokumentasi, mulai dari smartphone hingga kamera.
Untuk tahun ini, Cap Go Meh di sejumlah Klenteng di Sulawesi Utara rencananya akan dilaksanakan pada Sabtu (24/2/2024) yang didahului dengan persembahyangan besar sebagai puncak Tahun Baru Imlek.
Hajatan keagamaan yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Sulut lintas agama ini terbukti mampu menyedot perhatian masyarakat, tak peduli apapun kondisi cuacanya.
Apakah itu cuaca panas terik maupun hujan, sepanjang lintasan yang akan dilalui prosesi Cap Go Meh ini pasti dipadati warga yang ingin menonton.
Hal itu sebagaimana diakui salah satu warga Minahasa asal Tondano Maya Tumewu kepada BeritaManado.com, Minggu (11/2/2024).
“Sejak masih kuliah dulu di Manado hingga saat ini, jika tidak ada agenda pribadi yang mendesak saya dan teman-teman berupaya untuk menyaksikan prosesi Cap Go Meh ini,” ungkap Maya Tumewu.
Ditambahkannya, Cap Go Meh tersebut sudah menjadi agenda wisata religi, sehingga beberapa tahun terakhir (diluar masa Pandemi COVID-19), sering disaksikan oleh turis-turis mancanegara.
“Saya berharap, Cap Go Meh juga kedepan dapat menjadi sarana pemersatu selruuh warga Sulut dari ebrbagai suku, agama dan ras. Dengan demikian toleransi dapat terus terpelihara dengan baik,” harapnya.
(Frangki Wullur)