Bitung – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bitung dan Polres Bitung menyatakan belum mampu untuk mengkaver peredaran Narkotika di laut. Kendati BNN dan Polres sudah banyak mendapat informasi soal transaksi Narkoba yang kerap dilakukan para pengedar menggunakan trasportasi laut.
“Memang saat ini yang paling rentan adalah transaksi Narkoba di laut yang kemudian masuk melewati Kota Bitung. Kita tidak mampu untuk melakukan pengawasan kendati informasi itu kerapa kita dapatkan,” kata Kepala BNN Kota Bitung, dr Tommy Sumampouw ketika menggelar diskusi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalagunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang kemas dalam acara Forum Grup Discussion (FGD) dengan Polres dan Komunitas Pers Kota Bitung, Senin (24/2/2014).
Bahkan menurutnya, Pelabuhan Samudera Kota Bitung bukan hanya menjadi pintu masuk barang-barang haram tersebut, namun sejumlah pelabuhan tikus yang ada di sepanjang garis pantai Kota Bitung juga menjadi tujuan para pengeder. “Nah kita hanya berharap peran serta dari masyarakat untuk bersama-sama memerangi peredaran Narkoba, karena tidak mungkin kita setiap saat menempatkan petugas disepanjang garis pantai Kota Bitung untuk melakukan pengawasan,” katanya.
Hal senada dikatakan Kasat Narkoba Polres Bitung, AKP Dikson Kastilong yang mewakili Polres Bitung. Kastilong menyatakan, kasus ganja dan pohon ganja yang berhasil mereka ungkap beberapa waktu lalu di Kota Bitung berasal dari transaksi laut.
“Dari pengakuan para tersangka, ganja yang mereka ederkan di Kota Bitung dan sekitarnya dibawa lewat jalur laut lima bulan sebelum kami ungkap. Makanya barang bukti yang kita amankan tinggal sedikit karena sebagain besar telah diedarkan,” kata Kastilong.
Menariknya, enam bulan terakhir kata Kastilong, dua kasus Narkoba jenis ganja yang mereka ungkap semuanya masuk melalui jalur laut dengan cara melakukan transaksi di tengah laut. “Seperti yang BNN katakan, kita tak mungkin setiap hari melakukan penjagaan garis pantai. Untuk itu peran serta masyarakat sangat penting karena masalah Narkoba bukan hanya tagging jawan kami, tapi semua pihak,” katanya.
Sementara itu, baik Sumampouw dan Kastilong berharap, di Kota Bitung alat pendeteksi Narkoba menggunakan satelit bisa ada mengingat Kota Bitung kedepannya akan menjadi pelabuhan Internasional yang terbuka untuk negara lain keluar masuk.
“Dengan adanya alat ini maka kita akan dimudahkan untuk melakukan pengawasan Narkoba yang masuk ke menggunakan jalur laut,” kata keduanya.(abinenobm)