BITUNG — Kendati sektor peningkatan pendidikan tetap menjadi fokus utama Pemkot Bitung, namun rupanya tetap saja kota penghasil ikan ini belum mampu untuk menjamin seluruh warganya bisa memiliki ijasah. Terbukti dengan masih banyaknya warga kota Bitung yang tercatat putus sekolah karena tidak menamatkan Sekolah Dasar (SD). Dimana Dinas Catatan Sipil (Discapil) Kota Bitung mencatat ada 32.932 warga kota Bitung yang tidak memiliki ijasah SD dari 214.913 jiwa penduduk.
“Sesuai dengan data tanggal 5 April 2011, jumlah warga yang tidak tamat SD sebanyak 32.932 orang, sedangkan yang tamat SD ada 42.836 orang dari total jumlah penduduk kota Bitung 214.913 jiwa,” kata Kadiscapil Kota Bitung, Welem Muaya, Rabu (04/05).
Muaya sendiri mengaku tidak tahu persis apa yang menjadi penyebab warga enggan untuk menamatkan SD dan melajutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pihaknya hanya tahu mendata ketika warga melakukan pengurusan administrasi kependudukan.
“Bisa saja karena faktor ekonomi atau kemalasan dan lebih memilih untuk bekerja, atau karena ada faktor lain,” tutur Muaya.
Sementara itu menurut Welem, untuk warga yang tamat SLTP ada 38.510 orang dan SLTA ada 55.670 orang. (en)
BITUNG — Kendati sektor peningkatan pendidikan tetap menjadi fokus utama Pemkot Bitung, namun rupanya tetap saja kota penghasil ikan ini belum mampu untuk menjamin seluruh warganya bisa memiliki ijasah. Terbukti dengan masih banyaknya warga kota Bitung yang tercatat putus sekolah karena tidak menamatkan Sekolah Dasar (SD). Dimana Dinas Catatan Sipil (Discapil) Kota Bitung mencatat ada 32.932 warga kota Bitung yang tidak memiliki ijasah SD dari 214.913 jiwa penduduk.
“Sesuai dengan data tanggal 5 April 2011, jumlah warga yang tidak tamat SD sebanyak 32.932 orang, sedangkan yang tamat SD ada 42.836 orang dari total jumlah penduduk kota Bitung 214.913 jiwa,” kata Kadiscapil Kota Bitung, Welem Muaya, Rabu (04/05).
Muaya sendiri mengaku tidak tahu persis apa yang menjadi penyebab warga enggan untuk menamatkan SD dan melajutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pihaknya hanya tahu mendata ketika warga melakukan pengurusan administrasi kependudukan.
“Bisa saja karena faktor ekonomi atau kemalasan dan lebih memilih untuk bekerja, atau karena ada faktor lain,” tutur Muaya.
Sementara itu menurut Welem, untuk warga yang tamat SLTP ada 38.510 orang dan SLTA ada 55.670 orang. (en)