Manado, BeritaManado.com – Aktualisasi Pancasila harus dilakukan dan menjadi arah kehidupan sehari-hari bagi bangsa Indonesia tanpa terkecuali.
Apalagi itu mengenai Habituasi atau pembiasaan Pancasila dalam pemecah masalah bangsa Indonesia, dimana masyarakat mulai sulit menerima perbedaan dan kemajemukan.
Hal itu disampaikan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo dalam acara Pembinaan Moderasi Beragama Bagi Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Katolik Regio Sulawesi di Manado, Selasa (19/4/2022).
Kegiatan itu mengambil tema Transformasi Pelayanan Umat, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI, di Manado.
“Habituasi Pancasila harus dilakukan dalam merawat kemajemukan. Pancasila harus menjadi dasar bertindak, berpikir, dan berelasi. Pancasila harus diinternalisasikan dalam kehidupan,” ungkap Antonius Benny Susetyo.
Benny juga menjelaskan bahwa negara Indonesia sejatinya adalah negara yang majemuk, yang disepakati berdiri dengan kesepakatan, dan Pancasila adalah titik temu kesepakatan tersebut.
“Negara kita ini kesepakatan, dengan Pancasila yang digali dari budaya, adat istiadat, dan tradisi bangsa. Pancasila sudah hidup sejak dahulu kala,” jelasnya.
Benny juga menambahkan bahwa karakteristik masyarakat Indonesia yang mudah terbelah,
“Masyarakat saat ini situasinya mudah terbelah, yang penuh kebencian, prasangka buruk, dan itu semua asalnya dari media sosial, dari grup Whatsapp, dari Facebook, Twitter, atau Instagram. Ini persoalan kita. Kita kehilangan sisi kemanusiaan, kemampuan untuk memilah mana yang baik dan buruk, dan reaktif,” ujarnya.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini juga menyatakan bahwa kecintaan kepada Tuhan dengan pengamalan sila pertama Pancasila adalah dasar pengamalan sila kedua sampai sila kelima Pancasila.
“Jika bicara nilai kebersamaan, kerukunan, persatuan, ini sebenarnya konsekuensi kita mengakui nilai ketuhanan, mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Kita mengakui Tuhan, kita mengimani Tuhan, maka perilaku ketuhanan itu membawa orang pada rasa persatuan, kesatuan dan kekeluargaan,” tambahnya.
Program dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) lanjutnya, sangat berkaitan dengan upaya habituasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
“BPIP dan Kemendikbud akan kembali mengajarkan Pendidikan Panacsila dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. Sejak reformasi, Pancasila tidak pernah diajarkan lagi secara khusus, sehingga generasi muda sekarang ini tuna Pancasila. Sekarang, akan diajarkan kembali,” imbuhnya.
Selain dari pendidikan dalam sekolah, Benny juga menyatakan bahwa pendidikan Pancasila harus diajarkan di lingkungan rumah. Hal itu disampaikan dalam penutupan paparannya.
“Dan aktualisasi Pancasila, ya pakai pendidikan di lingkungan keluarga juga. Rasa hormat kepada orang tua, mengajarkan keragaman, membiasakan anak untuk bergaul dengan orang-orang yang berlatar belakang berbeda, itu semua bentuk habituasi Pancasila,” tutupnya.
(***/Hendra Usman)