Oleh : Ni Kadek Putri Noviasih, S.Sos.H
Pada suatu ketika saya mendapat kabar bahwa seorang kerabat saya meninggal. Saya kaget sekali. Kerabat ini umurnya sekitar 55 tahun. Anak-anaknya memang sudah pada dewasa, karena ia kawin ketika usianya cukup muda. Saya bertanya kepada si pembawa berita: “Kenapa ia meninggal?” Si pembawa berita juga tidak tahu. Baru seminggu sebelumnya saya bertemu dengan mendiang. Ia nampaknya sehat-sehat saja. Selama ini saya tahu ia tidak mengidap suatu penyakit berat. Maka saya lalu bergegas ke rumah duka. Seorang keponakannya menuturkan: “Pagi-pagi seperti biasanya ia jalan-jalan sebentar.
Setelah jalan-jalan ia mandi lalu sarapan pagi kemudian ke kantor. Tapi tadi pagi, setelah jalan-jalan ia menyatakan tidak enak badan lalu tidur. Ketika dibangunkan untuk mandi, ternyata ia sudah tidak bernyawa. Dia sudah meninggal”. Lalu kami menduga-duga, mungkin dia sakit jantung. Demikianlah dalam setiap mendapat kabar kematian kita bertanya: “Apa sebabnya?” Jawabnya : “Karena usia tua. karena sakit, karena kecelakaan atau karena perang”. Tapi apakah yang dimaksud dengan mati? Kapankah seseorang disebut mati? Apakah yang disebut mati?
Dalam dunia medis ada dua definisi tentang mati. Yang pertama disebut “mati jantung”. Seorang pasien disebut mati bila denyut jantungnya sudah berhenti, pupil matanya sudah tidak lagi bereaksi terhadap cahaya dan nafasnya berhenti. Tapi Dr. Christian Barnard yang pada tahun 1967 berhasil mencangkokan jantung pertama kali di dunia menerapkan prinsip “mati batang otak”. Bila prinsip “mati jantung” dianut, orang tersebut sudah terlalu jauh mati sehingga jantungnya tidak bisa lagi dipindahkan kepada orang lain yang memerlukan.
Tujuan mencangkokkan jantung adalah mengubah matinya seseorang menjadi hidupnya orang lain. Karena jantungnya harus tetap hidup, maka harus diambil dari sang donor sedini mungkin. Tapi kalau sang donor belum meninggal kapan sebenarnya sang donor itu dapat dikatkan telah mati. Maka Dr. Christian Barnard menggunakan hilangnya gelombang otak sebagai kriteria terakhir sebagai matinya seseorang. Demikianlah para ahli medis belum sepenuhnya sependapat tentang apa yang disebut mati. Lalu apakah yang disebut mati menurut agama? Menurut agama seseorang disebut mati adalah kita jiwa telah pergi meninggalkan tubuh. Dengan definisi ini kita memasuki pembicaraan selanjutnya. (bersambung)