Manado – Kecamatan Malalayang melalui Puskesmas Minanga menjadi penyakit positif Demam Berdarah Dangue (DBD) tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Manado. Hal ini terungkap saat hearing DPRD Kota Manado dari Komisi D dengan Dinas Kesehatan (dinkes) Kota Manado. di ruang bersama kantor DPRD Kota Manado, hari ini (Jumat, 10/2).
Dari Dinas Kesehatan Manado melalui Kepala Dinkes Robby Motoh mengatakan untuk bulan Januari ini tercatat, “11 kasus untuk wilayah puskesmas Minanga, selanjutnya diikuti Ranotana Weru 5 kasus, Ranomuut 5 kasus dan Teling Atas sekitar 4 kasus,” ujarnya.
Terkait ada keluhan Lurah yang meminta pengadaan foging (pengasapan) di daerahnya, yang selalu tidak ditanggapai pihak Dinkes, Motoh menjelaskan bahwa jika ada permintaan foging langsung saja ke puskesmas karena setiap puskesmas terdapat 2 alat foging. “Jadi langsung menyurat ke puskesmas atau langsung ke kepala puskesmas,” ungkap Motoh.
Namun diakui pihaknya bahwa jika terdapat kasus di suatu daerah maka proses foging gratis, tetapi jika itu merupakan permintaan amaka akan ada biaya pengganti bahan bakar. “Kalau kasus gratis, tapi kalau permintaan, ada penggantian bahan bakar,” tegasnya. (cha)
Manado – Kecamatan Malalayang melalui Puskesmas Minanga menjadi penyakit positif Demam Berdarah Dangue (DBD) tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Manado. Hal ini terungkap saat hearing DPRD Kota Manado dari Komisi D dengan Dinas Kesehatan (dinkes) Kota Manado. di ruang bersama kantor DPRD Kota Manado, hari ini (Jumat, 10/2).
Dari Dinas Kesehatan Manado melalui Kepala Dinkes Robby Motoh mengatakan untuk bulan Januari ini tercatat, “11 kasus untuk wilayah puskesmas Minanga, selanjutnya diikuti Ranotana Weru 5 kasus, Ranomuut 5 kasus dan Teling Atas sekitar 4 kasus,” ujarnya.
Terkait ada keluhan Lurah yang meminta pengadaan foging (pengasapan) di daerahnya, yang selalu tidak ditanggapai pihak Dinkes, Motoh menjelaskan bahwa jika ada permintaan foging langsung saja ke puskesmas karena setiap puskesmas terdapat 2 alat foging. “Jadi langsung menyurat ke puskesmas atau langsung ke kepala puskesmas,” ungkap Motoh.
Namun diakui pihaknya bahwa jika terdapat kasus di suatu daerah maka proses foging gratis, tetapi jika itu merupakan permintaan amaka akan ada biaya pengganti bahan bakar. “Kalau kasus gratis, tapi kalau permintaan, ada penggantian bahan bakar,” tegasnya. (cha)