AMURANG–Kematian Lindy Melissa Pandoh (23), Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Minahasa Selatan, Jumat (20/1) masih menjadi pembicaraan orang Minsel. Bukan hanya orang Manado saja yang membicarakan, karena memang korban adalah warga Kota Manado. Tetapi, seiring pula korban Lindy Melissa Pandoh, sebagai PNS di Minsel. Maka, pembicaraan di pasar, pertekoan, gereja bahkan tokoh agama dan tokoh masyarakat ikut bicara soal korban.
‘’Dia (korban, red) Lindy Melissa Pandoh (23) orangnya manis, cantik, pendiam dan suka berteman. Selain itu, Lindy dimata PNS Disbudpar Minsel selalu dengar-dengaran. Apalagi, kalau atasannya (tak hanya Kepala Dinas, tetapi yang lebih senior di Disbudpar Minsel), korban langsung melakukannya,’’ ujar Kepala Seksi Obyek Wisata Disbudpar Minsel, Agustina Tampino, BA saat berbincang-bincang dengan beritamanado, Minggu (22/1) usai ibadah siang.
Menurut Tampeno, bagi saya sosok Lindy Melisa Pandoh sangat-sangat rajin dan supel. Siapapun tamu yang masuk dan berkunjung di SKPD ini justru dialah yang lebih dulu menjemput. Padahal, ada banyak PNS yang seangkatannya. Tetapi, Lindy-lah yang lebih dulu menyambut tamu untuk bertemu dengan atasannya.
‘’Jadi, karena orangnya sabar. Supel dan suka bergaul, maka usulnya supaya kita semua doakan dia supaya berada disisi Tuhan di Sorga. Sudah itu, sebagai negara hukum. Saya usulkan, supaya Polisi (Poltabes Manad0, red) dapat menghukum korban (Wensi Warow) sesuai perbuatannya,’’ jelas Tampeno.
Lain lagi kata Johny ‘Boka’ Tumiwa, warga Desa Tumpaan Kecamatan Tumpaan. Baginya, bahwa tersangka Wensi Warow harus dihukum mati. ‘’Harus seimbang dari perbuatannya. Jangan hanya penjara seumur hidup. Sebaiknya, tersangka dihukum mati. Tapi ingat, polisi dalam menyelidiki kematian jangan teledor. Harus sangat teliti menyelidikinya. Karena ini sudah ada unsur kesengajaan,’’ ungkapTumiwa.
Sementara itu, Pdt Margo Mondoringin-Jacob, STh menanggapi kematian Lindy Melisa Pandoh (23). ‘’Baginya, sangat-sangat sedih mendengar kematian PNS Minsel ini. Memang, saya hanya mendengar pembicaraan orang Buyungon. Selain itu, mengetahui melalui media cetak, elektronik dan online. Maka dari itu, kita serahkan saja kepada penegak hukum. Indonesia kan negara hukum, kita serahkan saja. Biar hukum yang berbicara,’’ kata Pdt Margo Mondoringin-Jacob, STh yang adalah pelayan khusus di GMIM Tesalonika Buyungon.
Lain lagi dengan Christo Lonteng, PNS di Bagian Humas dan Protokol Setdakab Minsel. ‘’Saya kenal dengan Lindy Melisa Pandoh. Kenal dan kenal sekali. Olehnya, kita serahkan saja kepada pihak kepolisian. Biar polisi yang menghukumnya,’’ sebut Lonteng.
Senada dengan Pnt Ir Franky Lelengboto, kasus pembunuhan Lindy Melissa Pandoh adalah pembelajaran bagi kita. ”Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Yesus. Kita diminta selalu waspada. Kecuali itu, kita harus selalu waspada dengan ajakan orang. Waspada dan selalu waspada. Karena ini jadi pembelajaran kita semua. Termasuk, petinggi (pejabat, red) Minsel jangan selalu tinggalkan anak buahnya. Harus selalu mengawasi dari dekat, siapa tahu melalui pendekatan anak buah (PNS) akan selalu waspada,” ungkap Lelengboto yang juga Sekretaris BPMJ GMIM Tesalonika Buyungon ini. (and)