Bitung, BeritaManado.com – Rencana pemindahan penduduk atau resettlement Kelurahan Pinasungkulan Kecamatan Ranowulu rupanya tidak akan berjalan sesuai rencana.
Pasalnya, sebagian besar warga Kelurahan Pinasungkulan menyatakan menolak harga ganti rugi yang diajukan PT Mares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN) melalui appraisal yang dinilai terlalu murah.
Penolakan itu disampaikan warga saat menggelar pertemuan terkait rencana resettlement di Lingkungan I Kelurahan Pinasungkulan menghadirkan perwakilan PT MSM/TTN, Selasa (24/10/2023).
Menurut warga, harga Rp200 ribu per meter yang diberikan appraisal sangat tidak manusiawi. Harga itu sudah termasuk tanah dan bangunan, sehingga warga menilai terlalu murah untuk ukuran perusahaan tambang emas.
“Kampung ini punya nilai sejarah. Nilai sejarahnya lebih mahal dari harga yang diberikan appraisal. Tidak masuk akal jika hanya dihargai Rp200 ribu per meter,” kata salah satu warga, Hendry Luley.
Tidak hanya soal harga tanah dan bangunan, warga, kata Hendry, juga menolak lokasi hunian baru yang disiapkan pihak perusahaan.
Apalagi kata dia, beredar informasi jika warga Kelurahan Pinasungkulan bakal dipindahkan ke wilayah Kelurahan Danowudu yang lokasinya cukup jauh.
“Kalau memang betul kami akan dipindahkan ke Kelurahan Danowudu, maka jelas kami tolak. Biarlah kami tetap disini,” katanya.
Hendry bersama warga lainnya berharap, pemerintah sebagai fasilitator bersikap netral dan bijaksana terkait rencana resettlement. Bukan malah sebaliknya, terkesan membela kepentingan perusahaan.
“Kami tetap menolak jika perusahaan tetap menggunakan harga appraisal dan Kelurahan Danowudu sebagai lokasi baru. Kami akan tetap bertahan,” katanya.
Sementara itu, CSR Manager Community management PT MSM/TTN, Yustinus Hari Setiawan usai pertemuan menyatakan, rencana resettlement Kelurahan Pinasungkulan masih berjalan sesuai rencana.
Walaupun kata dia, rencana ini terkesan lamban mengingat kondisi internal perusahaan masih perlu perhatian lebih.
“Kita memang beberapa waktu lalu agak slow karena kondisi internal yang masih perlu perhatian. Intinya, kita masih sesuai dengan jadwal kok,” kata Yustinus.
Pun berjalan lamban, kata dia, pihaknya tetap intens berkomunikasi dengan warga. Dan komunikasi itu dilakukan secara kekeluargaan per keluarga yang sudah siap dipindahkan.
“Intinya kami menunggu. Kalaupun masih ada masyarakat yang belum setuju, kita menghargainya dan yang sudah setuju juga kita hargai,” katanya.
Dirinya juga menyatakan, sejak awal konsep resettlement dibangun dengan kesukarelaan pemindahan sebagaimana standarisasi yang dianut PT MSM/TTN yaitu International Finance Corporation (IFC).
“Sejak awal kan konsepnya kesukarelaan pemindahan, tidak ada paksaan,” katanya.
(abinenobm)