Manado, BeritaManado.com – Kota Manado terkenal dengan hasil laut yang berlimpah.
Tak disangka, kreativitas dari sosok wanita paruh baya ini mampu melihat potensi limbah sisik ikan untuk menjadi barang dengan nilai jual yang tinggi.
Ya, wanita tersebut adalah Tjahyani, seorang perempuan yang sudah menggeluti usaha kerajinan tangan yang memanfaatkan limbah sisik ikan menjadi beragam aksesoris cantik dan menarik.
Awalnya Tjahyani mencoba mengumpulkan limbah sisik ikan ini untuk membuat aksesoris yang dipakai oleh dirinya sendiri.
Tak disangka, banyak tetangga dan teman-temannya menaruh minat dan tertarik pada aksesoris yang dibuatnya itu.
Melihat respon positif, Tjahyani akhirnya memberanikan diri untuk serius menekuni usaha di bidang kerajinan tangan ini.
“Sejak tahun 2012, saya mulai menjalankan usaha kerajinan tangan ini yang saya beri nama Yanie Handicraft. Saya memilih usaha dengan mengolah limbah sisik ikan karena tertarik dengan sisik ikan, khususnya ikan kakap yang ukurannya besar, bentuknya yang bagus dan unik. Ternyata setelah diterapkan untuk dijadikan aksesoris ciri khas sisik ikannya ini menambah cantik khas aksesoris buatan saya,” terang Tjahyani, Kamis (9/9/2021).
Banyak sekali jenis aksesoris yang dibuat oleh Tjahyani, seperti kalung, cincin, anting, bros, gelang dan juga tusuk jilbab.
Di awal menjalankan usahanya, tentunya sebagai UMKM yang baru merintis, modal usaha menjadi salah satu kebutuhan utama Tjahyani untuk mengembangkan usahanya.
Pada tahun keduanya memulai usaha di tahun 2013, Tjahyani akhirnya memutuskan untuk bergabung menjadi Mitra Binaan Pertamina melalui program Kemitraan untuk menambah modal usaha serta ilmu dalam menjalankan bisnis.
“Saya memutuskan untuk mengembangkan usaha saya terutama untuk akses permodalan melalui program Kemitraan dari Pertamina. Disana ternyata bukan hanya pinjaman modal yang saya dapatkan, namun pelatihan dan diikutkan di pameran-pameran yang membuat produk saya semakin dikenal oleh masyarakat,” terangnya.
Tjahyani yang akrab dipanggil Yani ini juga menambahkan, setelah menjadi mitra binaan Pertamina, dengan adanya tambahan pinjaman modal usaha untuk mengembangkan usaha, berdampak positif pada perkembangan omzet yang cukup signifikkan.
Dari sebelumnya beromzet sekitar Rp10 juta per bulan, hingga akhirnya dapat naik 2 kali lipat per bulan hingga Rp25 juta per bulan.
Usahanya ini ternyata tidak hanya berdampak pada peningkatan omzet, usahanya pun mampu memberikan multiplier effect lainnya seperti mampu memberikan pekerjaan bagi orang sekitarnya sekitarnya.
Bahkan, dalam menjalankan usahanya, Tjahyani juga memberdayakan ibu-ibu PKK di sekitar rumahnya saat mendapat banyak pesanan dengan jumlah banyak dari konsumen.
Selain itu, Tjahyani juga beberapa kali menggelar pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat setempat.
Menolak Tekanan Pandemi
Di tengah kondisi pandemi, inovasi terus dibuat oleh Tjahyani.
Dia tak mau mati digilas pandemi yang sudah berlangsung dua tahun ini.
Di awal pandemi misalnya, saat terjadi peningkatan kebutuhan masker, Tjahyani mulai membantu pemulihan pandemi dengan membuat masker kain.
Bahkan sekarang, tidak hanya aksesoris beragam produk fashion seperti kain sutera ecoprint, tas sutera ecoprint dan tas serat pisang abaka dibuatnya untuk terus mampu mempertahankan kelangsungan usahanya ditengah pandemi.
“Semua produk ini kita jajakan dalam toko-toko souvenir, toko di rumah, di pameran-pameran, melalui sosial media seperti Instagram dan Facebook. Untuk masalah harga, produk Yani Handicraft berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp400 ribu,” bebernya.
Untuk terus mengembangkan usaha tersebut, Tjahyani mengaku selalu berinovasi mengikuti trend mode dan kondisi yang ada.
Dengan memaafkan platfrom media sosial, YouTube Yannie Handicraft dan Website YannieHandicraft.imooji.com.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR MOR VII, PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading, Laode Syarifuddin Mursali mengatakan program Kemitraan Pertamina yang berfokus membina para UMKM dilakukan oleh Pertamina secara berkelanjutan sebagai upaya mendorong para UMKM binaan agar bisa naik kelas dan mengembangkan usahanya.
Bahkan dalam pembinaan tersebut, Pertamina memotivasi para UMKM binaannya agar dapat membantu masyarakat sekitar untuk menyediakan lapangan pekerjaan atau dikenal dengan konsep Sociopreuneur.
“UMKM Binaan Pertamina kami arahkan agar bisa terus suistain secara bisnis di tengah pandemi. Beragam pelatihan seperti bagaimana mampu memanfaatkan digital marketing pun kita lakukan agar UMKM binaan kita bisa beradaptasi dengan cepat dan menangkap peluang bisnis ditengah kondisi seperti ini. Kita harapkan UMKM Binaan Pertamina terus mampu naik kelas,” pungkasnya.
Pertamina berkomitmen untuk terus menjalankan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG).
Prinsip tersebut dipercaya karena perusahaan akan tumbuh beriringan dengan lingkungan dan komunitas sosial dengan memperhatikan kepatuhan pada regulasi yang ada.
Melalui pembinaan kepada UMKM ini, Pertamina mendukung Tujuan Pengembangan Berkelanjutan (TPB/SDGs) nomor 5 yaitu kesetaraan gender.
(Finda Muhtar)