Ratahan – Sinyo Harry Sarundajang (SHS) tutup usia pada Sabtu 13 Februari 2021 hari ini, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) mengibarkan bendera setengah tiang.
Kepergian Gubernur Sulawesi Utara periode 2005 – 2010 dan 2010 – 2015 yang pernah menggebrak dunia international dan mengharumkan nama Indonesia dengan even akbar seperti World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit ini turut meninggalkan duka yang mendalam bagi warga Sulawesi Utara, tak terkecuali Kabupaten Mitra.
Bahkan tak hanya warga Sulut yang kehilangan tokoh yang sangat berpengaruh ini, masyarakat Indonesia pun merasa sangat berduka dan kehilangan sosok yang tengah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau tersebut.
Suami Deetje Adelin Sarundajang Laoh Tambuwun dan ayah dari Ivan S. J. Sarundajang, Vanda D. Sarundajang, Fabian R. Sarundajang, Eva C. Sarundajang, serta Shinta Sarundajang ini juga diakui memiliki andil besar dalam kemajuan infrastruktur fasilitas pelebaran jalan, bertumbuhnya sektor ekonomi, hingga di bidang pariwisata melalui investasi perhotelan dan penerbangan baru di Sulut.
SHS juga adalah tokoh perdamaian karena mantan Gubernur Maluku dan Maluku Utara ini mampu menyelesaikan konflik berdarah di wilayah tersebut dengan tangan dingin.
“Mulai Sabtu 13 Februari 2021 hari ini, sampai selesai pemakaman Gubernur Sulawesi Utara periode 2005 – 2010 dan 2010 – 2015, Sinyo Harry Sarundajang, Minahasa Tenggara kibarkan bendera merah putih setengah tiang,” ungkap Bupati Minahasa Tenggara, James Sumendap.
Sementara James Sumendap menyebut bahwa dirinya banyak belajar banyak dari Sinyo Harry Sarundajang dalam memimpin pemerintahan dan sejumlah organisasi besar di Sulawesi Utara.
Sosok yang disebut seniornya ini menurutnya mempunyai pengaruh besar dalam membangun peradaban baru di Sulawesi Utara.
Hingga akhir masa hidup, SHS disebut Bupati Mitra sebagai sosok yang akan terus menjadi inspirasi bagi dirinya dan semua orang karena pengabdiannya kepada negara yang tiada henti.
“”Selain sebagai sosok panutan, saya juga menganggap beliau adalah orang tua ideologis saya,” tandasnya.
(Jenly Wenur)