Bitung, Beritamanado.com – Puluhan pemuda yang tergabung dalam Aliansi Peduli berkumpul di lokasi mata air Aerujang Kelurahan Girian Permai Kecamatan Girian, Rabu (20/11/2019).
Kedatangan para pemuda untuk menggelar aksi keprihatinan terhadap mata air Aerujang yang debitnya makin menurun pasca perombakan Hutan Adat Danowudu.
“Apa yang kami kuatirkan soal dampak pembangunan jalan tol di atas lokasi mata air Aerujang mulai terbukti,” kata salah satu personil Aliansi Peduli, Ridel Taunaumang.
Ridel menyatakan, dampak perombakan pohon-pohon penyangga mata air Aerujang berimbas pada mata air yang keluar dari cerukan tebing satu per satu mati.
“Sebelum ada perombakan, ada tujuh hingga sembilan titik mata air yang keluar dari celah tebing. Titik itu belum termasuk mata air yang digunakan PDAM untuk masyarakat Kota Bitung,” katanya.
Namun kini, kata Ridel, mata air Aerujang tersisa dua titik itupun bukan titik utama yang selama ini khasiatnya digunakan warga untuk pijat refleksi karena volume air yang keluar dari tebing sangat deras.
“Ada dua mata air yang volumenya besar dan itu sudah mati. Kini tinggal dua titik, itupun tunggal menunggu waktu akan mati jika proses pembangunan tol tetap dilanjutkan,” katanya.
Selain berkumpul, Aliansi Peduli juga menggalar proses pemasangan lilin sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi mata air Aerujang.
“Kami menyalakan lilin ratapan sebagai bentuk keprihatinan kondisi mata air Aerujang agar masyarakat dan para pengambil kebijakan tahu mata air Aerujang bakal berubah menjadi mata air ratapan,” kata personil Aliansi Peduli lainnya, Wesly Tamasiro.
(abinenobm)