TAHUNA – Berawal dari laporan masyarakat kepada personil anggota dewan Sangihe tentang masuknya beras yang tidak layak di konsumsi di gudang Dolog Tahuna, sehingga Kamis (18/8), DPRD Sangihe memangil hearing pimpinan Bulog regional Tahuna. Sofia Mangundap SH, namun sampai pada jam yang ditentukan tidak hadir di DPRD.
Ketidakhadiran Mangunap membuat berang beberapa anggota dewan dan berakibat pada sidak langsung dilokasi Gudang Bulog di kelurahan Tona. Namun sekitar 1 jam kepala Bulog Tahuna tak kunjung datang di gudang, setelah melalui koordinasi melalui via selular akhirnya Mangundap datang.
Adu argument tak terhindarkan antara Mangundap dan beberapa anggota dewan yang memaksa untuk masuk melihat stok beras dan kondisi beras yang sesuai laporan tak layak di konsumsi.
“Kami datang di sini karena laporan masyarakat dan disebabkan juga ibu tidak datang disaat hearing tadi dan sekarang kami minta pintu gudang ini dibuka agar kami bisa melihat apa benar sesuai laporan yang masuk kepada kami,” tegas Ari Abast dan Fermin Katiangdaho dengan nada tinggi.
Tak ketinggalan juga anggota dewan yang juga hadir Benhut Takasihaeng dan Sem Tadete menekan kepada pihak Bulog untuk membuka Gudang.
”Ini tugas kami sebagai wakil rakyat untuk pengawasan, jangan sampai beras ini disalurkan kepada warga dalam keadaan rusak,” pinta keduanya dan diamini juga Jeremy Rahasia yang juga hadir pada sidak tersebut.
Namun sikap beberapa anggota dewan tersebut tak bisa dikabulkan oleh Mangundap.
“Saya tidak bisa izinkan bapak/ibu untuk masuk ke gudang karena kami punya aturan sendiri, harus lapor ke pimpinan kami di Manado dan Jakarta, apalagi ini masih dalam proses foomigasi, dan perlu di ketahui tidak ada beras yang tidak layak di konsumsi bahkan yang bisa nyatakan kalau itu tak layak di konsumsi hanya badan POM,” tegas Mangundap.
Lanjutnya, ”itu hanya turun mutu dan akan diolah oleh pihak dolog, karena dari 300 ton beras yang masih ada beras import dan produksi dalam negeri dari para petani, sehingga ada perbedaan warna ada yang bening dan kecoklatan, itu juga sering kadar airnya tinggi,” jelasnya. (gun)
TAHUNA – Berawal dari laporan masyarakat kepada personil anggota dewan Sangihe tentang masuknya beras yang tidak layak di konsumsi di gudang Dolog Tahuna, sehingga Kamis (18/8), DPRD Sangihe memangil hearing pimpinan Bulog regional Tahuna. Sofia Mangundap SH, namun sampai pada jam yang ditentukan tidak hadir di DPRD.
Ketidakhadiran Mangunap membuat berang beberapa anggota dewan dan berakibat pada sidak langsung dilokasi Gudang Bulog di kelurahan Tona. Namun sekitar 1 jam kepala Bulog Tahuna tak kunjung datang di gudang, setelah melalui koordinasi melalui via selular akhirnya Mangundap datang.
Adu argument tak terhindarkan antara Mangundap dan beberapa anggota dewan yang memaksa untuk masuk melihat stok beras dan kondisi beras yang sesuai laporan tak layak di konsumsi.
“Kami datang di sini karena laporan masyarakat dan disebabkan juga ibu tidak datang disaat hearing tadi dan sekarang kami minta pintu gudang ini dibuka agar kami bisa melihat apa benar sesuai laporan yang masuk kepada kami,” tegas Ari Abast dan Fermin Katiangdaho dengan nada tinggi.
Tak ketinggalan juga anggota dewan yang juga hadir Benhut Takasihaeng dan Sem Tadete menekan kepada pihak Bulog untuk membuka Gudang.
”Ini tugas kami sebagai wakil rakyat untuk pengawasan, jangan sampai beras ini disalurkan kepada warga dalam keadaan rusak,” pinta keduanya dan diamini juga Jeremy Rahasia yang juga hadir pada sidak tersebut.
Namun sikap beberapa anggota dewan tersebut tak bisa dikabulkan oleh Mangundap.
“Saya tidak bisa izinkan bapak/ibu untuk masuk ke gudang karena kami punya aturan sendiri, harus lapor ke pimpinan kami di Manado dan Jakarta, apalagi ini masih dalam proses foomigasi, dan perlu di ketahui tidak ada beras yang tidak layak di konsumsi bahkan yang bisa nyatakan kalau itu tak layak di konsumsi hanya badan POM,” tegas Mangundap.
Lanjutnya, ”itu hanya turun mutu dan akan diolah oleh pihak dolog, karena dari 300 ton beras yang masih ada beras import dan produksi dalam negeri dari para petani, sehingga ada perbedaan warna ada yang bening dan kecoklatan, itu juga sering kadar airnya tinggi,” jelasnya. (gun)