Amurang – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) semakin dekat, namun sayangnya sosialisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Minahasa Selatan (Minsel) dinilai sangat minim. Padahal anggaran yang dikucurkan APBD Minsel sangat fantastis, yakni Rp 19.5 milyar rupiah. Hampir setara dengan Kota Manado yang bernilai Rp 20 Milyar.
Hal ini dinilai tak sebanding dengan anggaran yang telah dikucurkan guna terlaksananya Pilkada Minsel 9 Desember 2015 nanti. Komisiner KPU Minsel dinilai hanya menitik beratkan pada anggaran operasional saja dan gaji pegawai. Sedangkan sosialisasi jarang dilakukan.
Buktinya, alat peraga kampanye khususnya spanduk banyak yang rusak namun tak diganti. Belum lagi penempatan baliho disejumlah desa dinilai asal-asalan, banyak yang rusak dan jauh dari permukiman sehingga hanya pengguna jalan saja yang melihat.
Ini juga sudah direkomendasikan Panwaslu Minsel, melalui salah satu anggotanya Meidy Mamangkey yang menyampaikan spanduk paslon perlu dipindahkan ke lokasi yang strategis dan mudah dilihat, selain itu mudah dipantau sehingga mencegah kerusakan spanduk. Kesempatan hanya sekali ini dinilai tak dipergunakan pihak KPU Minsel, sehingga nantinya banyak masyarakat yang tidak tahu paslon yang akan mereka pilih.
“jika sosialisasi minim maka tentunya potensi Golput tinggi,” ujar pemerhati politik Minsel Ferry Mohede
Di luar daerah, sosialisasi terus digalakan, bahkan pihak KPU melibatkan sales promotion girl alias SPG turun langsung di pasar-pasar tradisional. Tentunya dengan harapan masyarakat dapat memilih pada 9 Desember nanti. (sanlylendongan)
Amurang – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) semakin dekat, namun sayangnya sosialisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Minahasa Selatan (Minsel) dinilai sangat minim. Padahal anggaran yang dikucurkan APBD Minsel sangat fantastis, yakni Rp 19.5 milyar rupiah. Hampir setara dengan Kota Manado yang bernilai Rp 20 Milyar.
Hal ini dinilai tak sebanding dengan anggaran yang telah dikucurkan guna terlaksananya Pilkada Minsel 9 Desember 2015 nanti. Komisiner KPU Minsel dinilai hanya menitik beratkan pada anggaran operasional saja dan gaji pegawai. Sedangkan sosialisasi jarang dilakukan.
Buktinya, alat peraga kampanye khususnya spanduk banyak yang rusak namun tak diganti. Belum lagi penempatan baliho disejumlah desa dinilai asal-asalan, banyak yang rusak dan jauh dari permukiman sehingga hanya pengguna jalan saja yang melihat.
Ini juga sudah direkomendasikan Panwaslu Minsel, melalui salah satu anggotanya Meidy Mamangkey yang menyampaikan spanduk paslon perlu dipindahkan ke lokasi yang strategis dan mudah dilihat, selain itu mudah dipantau sehingga mencegah kerusakan spanduk. Kesempatan hanya sekali ini dinilai tak dipergunakan pihak KPU Minsel, sehingga nantinya banyak masyarakat yang tidak tahu paslon yang akan mereka pilih.
“jika sosialisasi minim maka tentunya potensi Golput tinggi,” ujar pemerhati politik Minsel Ferry Mohede
Di luar daerah, sosialisasi terus digalakan, bahkan pihak KPU melibatkan sales promotion girl alias SPG turun langsung di pasar-pasar tradisional. Tentunya dengan harapan masyarakat dapat memilih pada 9 Desember nanti. (sanlylendongan)