Manado – Mereka justru membantu pemerintah membuat talud. Itu bukan mau di tutup, tapi karena selokan sudah menyempit dan belum ada talud. Terkait adanya komplain masyarakat, pemerintah kelurahan berdiri di tengah.
“Nah, dorang pemilik itu, bantu beking talud, di atas itu ada tutup, mengamankan agar jangan ada orang jatuh, dalam katu itu, dan itu masih depe lokasi kepemilikan,” kata Lurah Paal 2, Olga Kaeng pada BeritaManado.com, Kamis (13/11/2014)
Talud yang dibangun, berada di jalan Yos Sudarso, Paal 2, atau tepatnya di daerah aliran sungai, samping eks kantor kelurahaan Paal 2. Pengerjaan talud mendapat tanggapan warga sekitar, yang menyatakan bisa berdampak banjir dan menimbulkan bau.
Namun ditegaskan Lurah Olga, penutupan atau talud itu, tidak akan melewati batas dari lahan kepemilikan yang melakukan talud.
“Cuma memang kita bilang nda usa se trus, pa ngoni jo pe batas tanah, batas di pojok dang, nanti seterusnya, biarkan balai sungai yang urus,” tambah Lurah Olga.
Dikatakannya lagi, pemilik lahan sudah membantu dengan membangun talud sebelah kiri dan kanan. “Nda tatutu katu itu, so salah kalo dorang bilang tatutu, justru dia pe got lebih besar,” kata Lurah Olga
Terkait ijin pembangunan talud tersebut, Lurah Olga mengakui itu bukan ijin darinya, yang mana pemiliknya memberitahukan, mereka bantu pemerintah buat talud, karena dimukanya tanah mereka.
“Cuma anehnya kwa heran, Orang bilang begini, katanya tertutup kong bau, apanya yang bau? Io to? Aneh kan? Kita bilang ini orang mengada-ngada, kasian juga, bukannya torang makase bisa bantu pemerintah so beking talud. Depe lahan katu itu,” jelas Lurah Olga.
“Kong kalo mo bilang di Kampung Cina, apa namanya? Di Kubur Cina mo banjir, justru dorang ‘warga’ yang ja prop dari atas, dorang penyempitan ba bangun diatas kwa. Coba nogni maso di dalam, kong ngoni lia depe got didalam. Dorang so ba bangun akang. Kita so togor-togor dorang nda perna mow dengar. Kok salahkan katu orang yang di muka,” tandas Lurah Olga. (robintanauma)
Manado – Mereka justru membantu pemerintah membuat talud. Itu bukan mau di tutup, tapi karena selokan sudah menyempit dan belum ada talud. Terkait adanya komplain masyarakat, pemerintah kelurahan berdiri di tengah.
“Nah, dorang pemilik itu, bantu beking talud, di atas itu ada tutup, mengamankan agar jangan ada orang jatuh, dalam katu itu, dan itu masih depe lokasi kepemilikan,” kata Lurah Paal 2, Olga Kaeng pada BeritaManado.com, Kamis (13/11/2014)
Talud yang dibangun, berada di jalan Yos Sudarso, Paal 2, atau tepatnya di daerah aliran sungai, samping eks kantor kelurahaan Paal 2. Pengerjaan talud mendapat tanggapan warga sekitar, yang menyatakan bisa berdampak banjir dan menimbulkan bau.
Namun ditegaskan Lurah Olga, penutupan atau talud itu, tidak akan melewati batas dari lahan kepemilikan yang melakukan talud.
“Cuma memang kita bilang nda usa se trus, pa ngoni jo pe batas tanah, batas di pojok dang, nanti seterusnya, biarkan balai sungai yang urus,” tambah Lurah Olga.
Dikatakannya lagi, pemilik lahan sudah membantu dengan membangun talud sebelah kiri dan kanan. “Nda tatutu katu itu, so salah kalo dorang bilang tatutu, justru dia pe got lebih besar,” kata Lurah Olga
Terkait ijin pembangunan talud tersebut, Lurah Olga mengakui itu bukan ijin darinya, yang mana pemiliknya memberitahukan, mereka bantu pemerintah buat talud, karena dimukanya tanah mereka.
“Cuma anehnya kwa heran, Orang bilang begini, katanya tertutup kong bau, apanya yang bau? Io to? Aneh kan? Kita bilang ini orang mengada-ngada, kasian juga, bukannya torang makase bisa bantu pemerintah so beking talud. Depe lahan katu itu,” jelas Lurah Olga.
“Kong kalo mo bilang di Kampung Cina, apa namanya? Di Kubur Cina mo banjir, justru dorang ‘warga’ yang ja prop dari atas, dorang penyempitan ba bangun diatas kwa. Coba nogni maso di dalam, kong ngoni lia depe got didalam. Dorang so ba bangun akang. Kita so togor-togor dorang nda perna mow dengar. Kok salahkan katu orang yang di muka,” tandas Lurah Olga. (robintanauma)