Jakarta, BeritaManado.com — Kabar baik bagi umat Katolik Keuskupan Manado dan keluarga besar Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) Provinsi Indonesia, menyusul kabar akan dibeatifikasi Pastor Juan Alonso Fernandez MSC pada 23 April 2020 di Guatemala.
Hal tersebut dibenarkan Pastor Johanis Mangkey MSC kepada BeritaManado.com, Minggu (3/1/2021) siang yang saat ini bertugas di Bagian Arsip dan Yuridis Provinsi MSC Indonesia.
Dikisahkan dalam kutipan tulisan sebuah Buletin MSC dari Roma berjudul “Para Martir MSC dari El Quiche Guatemala” ada tiga Pastor MSC yang akan dibeatifikasi bersama tujuh orang awam pada 23 April 2021 nanti.
Beatifikasi itu sekaligus dalam rangka peringatan 166 tahun berdirinya Tarekat MSC, dimana diinginkan ada suatu penghargaan yang indah dan bermakna dari provinsi MSC Spanyol dalam mengenang tiga Konfrater MSC yang dibunuh bersama dengan begitu bnayak orang lain pada tahun 1980-an di El Quiche Guatemala.
Melalui lukisan yang menggambarkan tentang pelayanan MSC di Guatemala, diharapkan adanya refleksi tentang pentingnya karya seni yang indah dan berharga ini, dimana tidak hanya akan mengingatkan tentang sosok tiga Konfrater MSC, tetapi juga tujuh awam serta ribuan orang yang terbunuh di Guatemala karena mempertahankan iman mereka dalam sebuah komitmen terhadap keadilan.
“Peringatan tersebut juga menjadi kesempatan untuk membuat suara kita dapat didengar dalam menghadapi begitu banyak ketidakadilan yang terus terjadi di berbagai belahan dunia,” ungkap Pastor Manolo Barahona MSC dalam buletin tersebut.
Secara rinci, dalam lukisan yang ada mau menjelaskan tentang refleksi kehidupan para misionaris MSC yang bekarya berdampingan dengan umatnya, membagikan kehidupan mereka dan mendengarkan masalah-masalah yang dihadapi.
Itu adalah keinginan mereka untuk membawa kabar baik tentang Yesus kepada umat mereka setiap saat, dimana mereka tidak hanya sekedar menjadi seorang misionaris tetapi juga sebagai martir.
Dalam catatan Necrologium Provinsi MSC Indonesia, Pastor Juan Alonso Fernandez MSC yang lahir pada tanggal 29 November 1933 di Cuerigo Spanyol dan mengikrarkan kaul membiara 8 September 1953 kemudian ditahbiskan sebagai imam pada 11 Juni 1960.
Pastor Alonso yang meninggal dunia pada 15 Februari 1981 di Uspantan Guatemala juga tercatat pernah melayani umat di Keuskupan Manado (Paroki Kokoleh) hingga Langowan.
Kembali Pastor Johanis Mangkey MSC menjelaskan bahwa ada dua alasan utama mengapa mereka para Misionaris MSC mau berkorban dan berjuang dengankesadaran penuh bisa dibunuh, yaitu kesetiaan mewartawakan Kristus dan komitmen pada kaum miskin, tertindas dan yang mengalami ketidakadilan.
“Dokumentasi foto Pastor Juan Alonso Fernandez MSC ada di deretan para pastor paroki Kokoleh yang berkarya di Keuskupan Manado pada tahun 1963 – 1965,” ungkap Pastor Johanis Mangkey.
Salah satu momen yang diabadikan, suatu ketika Pastor Alonso mengunjungi umat di Stasi Pinabetengan (wilayah pelayanan Paroki St. Yoseph Kkawangkoan saat ini) yang mengendarai sepeda motor dengan nomor polisi DB 2023 sambil membonceng seorang anak laki-laki yang hanya menggunakan celana pendek tanpa baju.
Dalam terjemahan sebagaimana kutipan buku “They Gave Their Lives” yang ditulis dalam bahasa Spanyol, bahwa Pastor Alonso tiba di Stasi Pinabetengan pada 1 Februari 1964.
Momen tersebut juga merupakan kunjungan pertamanya ke Stasi Pinabetengan yang saat ini berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Tompaso Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.
Pada bagian lain, menurut Sekretaris Paroki St. Petrus Langowan Fanny Kaligis, karya pelayanan Pastor Alonso juga tercatat di Sekretariat Paroki St. Petrus Langowan sebagai salah satu imam MSC yang pernah memberi diri dalam penggembalaan umat dan secara otentik namanya tercatat sebagai pemberi Sakramen Baptisan pada Buku Baptis yang ada.
Sebagaimana diketahui, dalam tradisi Gereja Katolik, beatifikasi merupakan suatu bentuk pengakuan atau pernyataan yang diberikan oleh Gereja terhadap orang yang telah meninggal sebagai yang berbahagia.
Beatifikasi diberikan kepada orang yang dianggap telah bekerja sangat keras untuk kebaikan atau memiliki keistimewaan secara spiritual.
Beatifikasi itu sendiri memerlukan bukti berupa mukjizat (kecuali dalam kasus martir), sebagai bukti bahwa orang yang dianggap suci atau kudus itu telah berada dalam surga dan dapat mendoakan orang lain.
Orang yang mendapat beatifikasi diberi gelar Beato untuk laki-laki dan Beata untuk perempuan, dimana proses ini merupakan tahap ketiga dari empat tahapan dalam proses kanonisasi (untuk menjadi santo) yang biasanya dilakukan setelah mendapat gelar venerabilis atau yang pantas dihormati.
Dalam kasus martir, maka Kongregasi Penggelaran Kudus akan menyelidiki apakah yang bersangkutan wafat karena iman dan sungguh mempersembahkan hidupnya sebagai kurban cinta kepada Tuhan dan Gereja.
(Frangki Wullur)