Manado, BeritaManado.com — Peringatan 153 tahun kembalinya misi Katolik di Keuskupan Manado pada 14 September 1868 silam dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk dari kalangan memreka yang berprofesi sebagai jurnalis atau wartawan.
David Manewus, kepada BeritaManado.com, Selasa (14/9/2021) menuturkan bahwa sebagai seorang junalis dapat melihat peristiwa bersejarah tersebut dari sudut pandang tertentu.
Baginya, instinct jurnlais dengan rasa ingin tahu aneka peristiwa yang saling berkaitan membawa dirinya terus berupaya sebisa mungkin untuk merangkai penggalan-penggalan kisah yang didapat dari berbagai sumber.
“Sebagai seorang jurnalis, saya melihat bahwa masih ada cukup banyak fakta yang belum terungkap sehubungan dengan peringatan 153 tahun kembalinya misi Katolik di Keuskupan Manado. Sebut daja surat asli Daniel Mandagi kepada Uskup Batavia, catatan kronik Pater Johanes de Vries SJ dan lokasi makamnya di Ambarawa, siapa yang menjemputnya saat tiba di Kema dan Langowan dan sebagainya,” ungkap Davie Manewus.
Ditambahkannya, bahwa jurnalis Katolik bukan satu-satunya yang bertanggung jawab untuk mencari referensi-referensi sejarah dan menemukan apa yang masih tersamar dalam aneka kisah yang dituturkan orang-orang ataupun literatur di perpustakaan dan lain sebagainya.
“Kedepan saya berharap, akan semakin banyak informasi-informasi sejarah yang ditemukan oleh orang-orang yang punya kecintaan terhadap pelestarian nilai-nilai sejarah perkembangan gereja, baik secara universal maupun lokal Keuskupan Manado,” katanya.
Diharapkannya, untuk melestarikan nilai-nilai sejarah gereja lokal Keuskupan Manado, akan lahir karya-karya jurnalistik dalam bentuk buku yang memuat rekaman peristiwa masa lalu yang ditemukan masa kini dan dapat dibaca oleh banyak kalangan.
Adapun momentum peringatan 153 tahun kembalinya misi Katolik di Keuskupan Manado ditandai dengan pembaptisan di Kema 14 September 1868 serta beberapa hari kemudian di Langowan pada 19 September 2021 dan dalam perkembangannya, umat Katolik di Keuskupan Manados aat ini telah tersebar ke berbagai pelosok di tiga provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
(Frangki Wullur)