Kiri ke Kanan: Mahyudin Damin dan Taufik Tumbelaka
Manado – Pengamat politik Sulut Mahyudin Damis dan Taufik Tumbelaka menyebut bahwa partai politik (parpol) bukan penentu kemenangan calon kepala daerah dalam sebuah Pemilukada.
Mengapa? Sebab masyarakat masa kini sudah tahu menilai mana figur yang bisa diharapkan dan mana yang hanya pencitraan dan ‘dipaksakan’ elit politik untuk kepentingannya.
“Masyarakat Kota Manado umumnya adalah masyarakat cerdas. Cerdas yang dimaksudkan adalah cerdas melihat figur mana pemimpin yang pantas dan mampu untuk memajukan Kota Manado. Parpol hanya menjadi alat dan bukan penentu kemenangan dalam Pilkada,” ujar Mahyudin Damis yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fispol) Unsrat Manado, dalam diskusi tentang Pemilukada Manado di akhir pekan baru-baru ini di Aula Fispol.
Damis yakin bahwa masyarakat Manado didominasi masyarakat cerdas walaupun memang masih banyak juga masyarakat yang bersifat apatis.
“Intinya parpol yang terkenal atau parpol besar ataupun koalisi antarparpol besar bukan berarti calonnya akan memang. Itu bukan jaminan. Apalagi Kota Manado sekarang kurang berkembang. Banyak masyarakat mengeluh jalan rusak, pungutan-pungutan liar, dugaan penyelewengan dana (korupsi) di tingkat kelurahan dan kecamatan, sulitnya lapangan pekerjaan. Masyarakat pasti ingin kehidupan yang lebih baik yaitu dengan memilih pemimpin yang kredibel tentunya,” ungkap Damis.
Senada diutarakan Taufik Tumbelaka.
“Sekarang orang (pemilih) lebih menilai figur yang mencalonkan diri. Parpol hanya sebagai penunjang. Parpol lebih ke supporting,” kata alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini. “Menurut saya sekarang tidak ada ideologi partai kuat di Indonesia berbeda dengan Amerika yang sudah jelas ada ideology sesuai partai yang ada demokrat dan republik,” katanya. (ads)
Kiri ke Kanan: Mahyudin Damin dan Taufik Tumbelaka
Manado – Pengamat politik Sulut Mahyudin Damis dan Taufik Tumbelaka menyebut bahwa partai politik (parpol) bukan penentu kemenangan calon kepala daerah dalam sebuah Pemilukada.
Mengapa? Sebab masyarakat masa kini sudah tahu menilai mana figur yang bisa diharapkan dan mana yang hanya pencitraan dan ‘dipaksakan’ elit politik untuk kepentingannya.
“Masyarakat Kota Manado umumnya adalah masyarakat cerdas. Cerdas yang dimaksudkan adalah cerdas melihat figur mana pemimpin yang pantas dan mampu untuk memajukan Kota Manado. Parpol hanya menjadi alat dan bukan penentu kemenangan dalam Pilkada,” ujar Mahyudin Damis yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fispol) Unsrat Manado, dalam diskusi tentang Pemilukada Manado di akhir pekan baru-baru ini di Aula Fispol.
Damis yakin bahwa masyarakat Manado didominasi masyarakat cerdas walaupun memang masih banyak juga masyarakat yang bersifat apatis.
“Intinya parpol yang terkenal atau parpol besar ataupun koalisi antarparpol besar bukan berarti calonnya akan memang. Itu bukan jaminan. Apalagi Kota Manado sekarang kurang berkembang. Banyak masyarakat mengeluh jalan rusak, pungutan-pungutan liar, dugaan penyelewengan dana (korupsi) di tingkat kelurahan dan kecamatan, sulitnya lapangan pekerjaan. Masyarakat pasti ingin kehidupan yang lebih baik yaitu dengan memilih pemimpin yang kredibel tentunya,” ungkap Damis.
Senada diutarakan Taufik Tumbelaka.
“Sekarang orang (pemilih) lebih menilai figur yang mencalonkan diri. Parpol hanya sebagai penunjang. Parpol lebih ke supporting,” kata alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini. “Menurut saya sekarang tidak ada ideologi partai kuat di Indonesia berbeda dengan Amerika yang sudah jelas ada ideology sesuai partai yang ada demokrat dan republik,” katanya. (ads)