Manado – Komitmen penyelamatan lingkungan khususnya pelestarian laut yang selama ini didengung-dengungkan Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang diragukan. Hal itu disampaikan seorang traveler and a scuba diver, Indah Susanti dalam tulisannya di www.kompasiana.com/indahs berjudul Surat Terbuka untuk Bapak Sinyo H Sarundajang.
Berikut tulisan Indah Susanti tentang keraguannya terhadap Sarundajang soal masalah lingkungan, khususnya penyelamatan laut ketika menjadi salah satu peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.
Apakah Bapak pernah melihat video ini? Video ini adalah salah satu kampanye damai oleh penduduk Pulau Bangka dan simpatisannya untuk mempertahankan pulau kecil mereka dari pertambangan bijih besi. Perjuangan mereka sudah dilakukan sejak tahun 2011 dan mereka masih terus berjuang hingga detik ini. Mereka melakukan berbagai upaya agar mendapatkan dukungan, mulai dari media sosial, protes langsung di DPRD dan Kabupaten Minahasa Utara, petisi, gugatan ke pengadilan dan bahkan pameran foto untuk memperlihatkan keindahan bawah laut pulau Bangka.
Tahukah Bapak, ketika kampanye menyelamatkan Pulau Bangka ini dimulai, sebagian besar warga Indonesia tidak mengetahui ada pulau kecil bernama Bangka di Sulawesi Utara? Mereka hanya mengenal Pulau Bangka di Propinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Padahal nama Pulau Bangka di Sulawesi Utara tidak asing bagi penyelam Indonesia dan luar negeri. Karena lokasinya yang berada di tengah-tengah Pulau Bunaken dan Selat Lembeh menyebabkan uniknya terumbu karang dan kondisi bawah laut di pulau kecil ini. Terkadang di pulau ini bisa ditemui ikan duyung (dugong), yang juga termasuk dalam daftar terancam punah kategori merah oleh IUCN.
Perlawanan penduduk pulau Bangka bukan tanpa sebab. Pertambangan bijih besi yang didanai oleh investor Cina dan mendapatkan ijin dari Bupati Minahasa Utara Sompie Singal ini akan mengolah dua pertiga lahan pulau Bangka yang berarti menggusur penduduk dari dua desa di Pulau Bangka untuk pindah dari tempat mereka dilahirkan, dibesarkan dan hidup. Dalam proses perijinan pertambangan itu sendiri, keikutsertaan penduduk Pulau Bangka pun dapat dikatakan sangat minim. Sehingga jelas pertambangan ini jauh dari konsep pembangunan berkelanjutan dengan partisipasi penduduk setempat.
Selain itu, bukan berita baru bahwa industri pertambangan di Indonesia lebih banyak menghasilkan limbah dan kerusakan alam ketimbang memberi kontribusi positif bagi masyarakat sekitarnya. Diperkirakan aktivitas pertambangan ini akan menghancurkan hutan bakau (mangrove) di Pulau Bangka yang sangat penting bagi keberlangsungan pulau-pulau kecil agar terhindar dari pengikisan dan juga meredam gelombang besar seperti tsunami.
Gerakan menyelamatkan Pulau Bangka, Save Bangka Island, kini menjadi simbol perjuangan penduduk dari pulau-pulau kecil di Indonesia lainnya untuk mempertahankan pulau tempat mereka tinggal dari kerusakan akibat aktivitas ekonomi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Suatu hal yang, entah dilupakan atau diacuhkan oleh pejabat daerah seperti Bapak dan Bupati Minahasa Utara maupun pejabat pemerintahan pusat, adalah Pasal 23 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang menyatakan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya diprioritaskan untuk kegiatan yang pastinya bukan pertambangan atau industri berat.
Besar harapan saya akan adanya tokoh dari Indonesia Timur memimpin negara Indonesia sebesar kekaguman saya akan potensi sumber daya alam Indonesia Timur. Hal ini jujur saya utarakan terlepas dari etnis saya. Indonesia Timur memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan tidak dipungkiri dengan adanya tokoh Indonesia Timur sebagai pemimpin di pemerintahan pusat, dapat membawa angin segar bagi kemajuan Indonesia Timur.
Namun menilik krisis lingkungan hidup yang kini terjadi di propinsi Bapak, saya jadi bertanya-tanya bila Bapak menjadi Presiden kelak, akan mampukah mengelola alam Indonesia secara berkelanjutan untuk generasi berikutnya? Apakah Bapak benar-benar mencintai kelautan Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dan peduli untuk melindungi kelestarian dan keberadaan pulau-pulau kecil dan penduduknya di penjuru Indonesia? Dan akankah Pulau Bangka dan Yaki menjadi kisah seperti babirusa yang hilang dari bumi Minahasa?
Di tahun 2007, Kompas mempublikasikan artikel yang memuat pernyataan Bapak, “akan sangat berdosa bagi saya sebagai gubernur melihat rakyat menderita di kemudian hari”. Entah apakah itu yang Bapak rasakan saat ini, karena saya tahu ada rakyat Bapak yang kini tinggal di Pulau Bangka menderita karena cemas setiap harinya akan tempat tinggal mereka yang dapat tergusur setiap saat oleh investasi perusahaan dari negara Cina.
Semoga kecemasan mereka tidak akan pernah terjadi. Semoga.(*/redaksi)