Amurang – Sudah cukup lama generator di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Amurang di Desa Teep Trans, Kecamatan Amurang Barat, Minahasa Selatan (Minsel) rusak, namun baru pada APBD Perubahan tahun 2015 disetujui anggaranya oleh DPRD Minsel.
Betapa tidak, sebelumnya tidak bisa melakukan tindakan operasi meski baru tindakan operasi kecil. Tapi tidak bisa dilakukan karena tidak tersedianya tenaga listrik cadangan alias generator.
“Ya, dokter tidak bisa melakukan tindakan operasi meski baru berskala kecil namun. Karena resikonya cukup besar yakni jika saat melakukan operasi tiba-tiba listrik padam, tentunya sangat beresiko,” ujar dr Edwin Schouten, kepada BeritaManado.com, Kamois (8/10/2015).
Lanjut dia, bukan itu saja. Kini sering lampu padam sehingga pelayanan kepada pasien sering terganggu di setiap ruangan yang ada.
“Jika lampu padam saat malam hari, terpaksa garus menggunakan lilin untuk penerang di masing-masing ruangan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga akan mengoperasikan Insenerator atau alat penghancur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) atau peralatan medis bekas.
“Alat ini sangat ramah lingkungan karena setiap alat medis yang sudah terpakai atau bekas bisa hanjur dengan alat Insenerator ini, sehingga peralat medis seperti medis, botol infus yang tidak cepat larut akan hancur menjadi debuh dengan suhu panas yang sangat tingga sehingga menjadi debu dan bisa dibuang. Alat ini juga berdaya tampung 10 kilo,” sebutnya. (sanlylendongan)
Amurang – Sudah cukup lama generator di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Amurang di Desa Teep Trans, Kecamatan Amurang Barat, Minahasa Selatan (Minsel) rusak, namun baru pada APBD Perubahan tahun 2015 disetujui anggaranya oleh DPRD Minsel.
Betapa tidak, sebelumnya tidak bisa melakukan tindakan operasi meski baru tindakan operasi kecil. Tapi tidak bisa dilakukan karena tidak tersedianya tenaga listrik cadangan alias generator.
“Ya, dokter tidak bisa melakukan tindakan operasi meski baru berskala kecil namun. Karena resikonya cukup besar yakni jika saat melakukan operasi tiba-tiba listrik padam, tentunya sangat beresiko,” ujar dr Edwin Schouten, kepada BeritaManado.com, Kamois (8/10/2015).
Lanjut dia, bukan itu saja. Kini sering lampu padam sehingga pelayanan kepada pasien sering terganggu di setiap ruangan yang ada.
“Jika lampu padam saat malam hari, terpaksa garus menggunakan lilin untuk penerang di masing-masing ruangan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga akan mengoperasikan Insenerator atau alat penghancur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) atau peralatan medis bekas.
“Alat ini sangat ramah lingkungan karena setiap alat medis yang sudah terpakai atau bekas bisa hanjur dengan alat Insenerator ini, sehingga peralat medis seperti medis, botol infus yang tidak cepat larut akan hancur menjadi debuh dengan suhu panas yang sangat tingga sehingga menjadi debu dan bisa dibuang. Alat ini juga berdaya tampung 10 kilo,” sebutnya. (sanlylendongan)