Manado,BeritaManado.com – Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia menggelar kegiatan bertajuk Role Model Roadshow yang dilakukan di tiga wilayah di Sulawesi Utara (Sulut) yakni Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Minahasa Selatan (Minsel) dan Bolaang Mongondow (Bolmong) dengan total 19 desa.
Menyikapi pentingnya pemburu dan aktivitasnya dalam ketersediaan dan konsumsi satwa liar di masyarakat, kegiatan yang akan berlangsung hingga akhir Maret ini memberdayakan para pemburu yang telah beralih profesi untuk melindungi satwa liar.
Menurut Yunita Siwi, dari Program Selamatkan Yaki, kegiatan ini merupakan tindak lanjut kegiatan lokakarya Mitigasi Perdagangan satwa liar di Sulut yang digagas oleh yayasan Selamatkan Yaki Indonesia dan Dinas Kehutanan bersama Polda Sulut beberapa waktu lalu.
“Dari pengalaman para pemburu yang telah berhasil secara bijaksana menyikapi keberadaan satwa di alam, bisa memberi sebuah cerita menarik bahwa tidak selamanya berburu satwa menjadi peluang satu-satunya untuk dijadikan mata pencaharian,” katanya.
Kegiatan ini pun menuai respon positif dari para Hukum Tua, pemburu dan juga warga desa yang hadir.
Dikatakan Hukum Tua Desa Keroit Minsel Liske Kolantung, masyarakat sangat membutuhkan sosialisasi seputar satwa liar yang terancam dan yang harus dilindungi.
“Kegiatan seperti ini dapat dilakukan kembali di desa kami,” tuturnya.
Menurut Hukum Tua Kinunang Minut Nikodemus Oleh, mengingat daerah mereka akan menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK), ke depan diharapkan ada materi khusus yang bisa menambah wawasan masyarakat tentang satwa dan bagaimana menjadi tour quide di kawasan hutan sekitar.
“Pengetahuan akan alam ditambah hospitality akan memberi nilai plus bagi Desa Kinunang dalam mendukung wisata berbasis ecotourism,” ungkap Nikodemus.
Selama kegiatan berlangsung, pihak Selamatkan Yaki telah membawa sejumlah pemburu yang aktif menjadi duta di kampung mereka. Antara lain, Dendi Karundeng warga Bitung, Lucky Mamonto warga Bolmong dan Siroon Menayang warga Minsel.
Dendi Karundeng, mewakili pemburu mengatakan, dirinya. bangga menjadi agen perubahan dalam mengajak para pemburu untuk bijaksana berburu, lebih berpihak pada kelestarian satwa liar, mampu memilih, serta menghindari satwa yang terancam dan dilindungi.
“Dengan begitu anak-anak dan cucu kelak masih melihatnya bukan sekedar mendengar saja,” ungkap Dendi.
Sementara itu, Purnama Nainggolan, Koordinator EARS Program Selamatkan Yaki optimis setelah kegiatan akan muncul pemburu dengan perspektif yang baru bahkan menjadi pembawa pesan lestari di desa dimanapun mereka berada.
“Hubungan yang baik, dilengkapi dengan pemahaman yang lebih luas akan berdampak besar bagi kelestarian satwa sehingga keberadaannya menjadi sesuatu yang unik dan membaggakan,” pungkasnya.
(***/Finda Muhtar)