Manado, BeritaManado.com – Meskipun belum memenuhi syarat Presidential Threshold (PT) 20-25 persen dalam UU Pemilu bahwa parpol atau gabungan parpol yang bisa mengusung capres adalah yang mendapatkan 20% kursi di DPR atau 25% suara sah nasional Pemilu 2014, namun Partai Gerindra secara gentlemen telah mengusung Prabowo Subianto sebagai capres.
Kader Gerindra yang juga Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Utara, Wenny Lumentut, mengatakan keberanian Partai Gerindra kembali mengusung Prabowo Subianto sangat baik bagi proses demokrasi di Indonesia.
“Capres selain Prabowo Subianto yakni Joko Widodo. Hingga sekarang tidak ada figur yang berani melawan petahana Jokowi sebagai capres, bayangkan kalau pak Prabowo tidak berani tampil maka Pilpres 2019 nanti terancam hanya diikuti satu pasangan calon, artinya itu suatu kemunduran bagi proses demokrasi di Indonesia,” ujar Wenny Lumentut kepada BeritaManado.com, Sabtu (24/2/2018).
Legislator merakyat ini mendorong parpol-parpol besar berani mengusung capres sendiri untuk menjaga marwah demokrasi Indonesia yang mengalami kemunduran. Semakin banyak calon akan semakin baik bagi proses demokrasi. Diharapkan Pilpres 2019 dapat menghasilkan tiga pasangan calon.
“Meskipun disadari tidak satupun parpol bisa mengusung sendirian, harus berkoalisi. Jangan hanya mau menjadi cawapres mendampingi petahana Jokowi, parpol-parpol harus berani menunjukkan sikap petarung. Demokrasi berharga mahal sehingga proses demokrasi harus berkualitas salah-satu dibuktikan dengan semakin banyak calon semakin baik. Pak Prabowo telah membuktikan menjadi penyelamat demokrasi Indonesia,” tukas Wenny Lumentut.
Untuk mengingatkan pembaca, begini peta perolehan suara 10 parpol DPR dalam Pemilu 2014:
1. Partai NasDem 8.402812 (6,72 persen)
2. Partai Kebangkitan Bangsa 11.298.957 (9,04 persen)
3. Partai Keadilan Sejahtera 8.480.204 (6,79 persen)
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 23.681.471 (18,95 persen)
5. Partai Golkar 18.432.312 (14,75 persen)
6. Partai Gerindra 14.760.371 (11,81 persen)
7. Partai Demokrat 12.728.913 (10,19 persen)
8. Partai Amanat Nasional 9.481.621 (7,59 persen)
9. Partai Persatuan Pembangunan 8.157.488 (6,53 persen)
10. Partai Hanura 6.579.498 (5,26 persen)
(rds)