Dr. Benny Josua Mamoto saat berfoto, Jumat (4/12/2015) di beranda kebudayaan Sulawesi Utara, terletak di Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Pusat pertumbuhan seni budaya Sulawesi Utara ini, berada dalam naungan Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU). Sebelum menjadi yayasan, awalnya wadah ini berbentuk Panitia Festival Seni Budaya Sulawesi Utara, sejak 2005. (Foto BeritaManado.com)
Tompaso – Kuatnya pengaruh teknologi dan budaya asing tidak bisa dipungkiri turut membuat eksistensi budaya daerah di Sulut terancam eksistensinya.
Mengenai hal ini, Calon Gubernur Sulut Nomor Urut 3 Inspektur Jenderal Polisi (Purn.) Dr. Benny Josua Mamoto, S.H, M.Si mengatakan bahwa budaya yang semestinya menjadi identitas daerah harus dipertahankan.
Jumat (4/12/2015) pagi, pada wawancara eksklusif dengan Mamoto, wartawan BeritaManado.com menerima banyak penjelasan mengenai alasan figur yang pernah menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini sangat peduli dengan budaya daerah di Sulawesi Utara termasuk di dalamnya Minahasa.
Sebenarnya adalah hal yang kontras seorang polisi aktif mau mengurusi hal-hal yang bernuansa seni dan budaya, hanya untuk sekedar agar ciri khas suatu daerah tidak hilang dari kehidupan masyarakat Sulut.
Namun sebagai putera Sulut, Mamoto mengaku punya andil untuk turut menjaga dan melestarikan budaya daerah.
Festival Pinabetengan yang setiap tanggal 7 Juli tahun berjalan digelar adalah salah satu bukti kecintaan pribadi yang dikenal tegas ini akan budaya daerah.
Tak hanya itu, benda-benda seperti mesin jahit, perahu, wadah penggorengan, sepeda, kursi dan alat musik kolintang dari generasi ke generasi puluhan tahun silam juga tersimpan rapih di museum yang berlokasi di Institut Seni Budaya Sulut Desa Pinabetengan Kecamatan Tompaso Barat.
Menanggapi kontribusi Benny Mamoto terhadap upaya pelestarian budaya Minahasa khususnya, Arie Ratumbanua warga Desa Pinabetengan menuturkan kepada BeritaManado.com bahwa hal itu sudah dilakukan sejak lama baik untuk Minahasa maupun daerah lainnya, bahkan pada waktu beliau masih aktif sebagai anggota Polri.
“Saya rasa tidak berlebihan jika dalam rangka pencalonannya sebagai kandidat Gubernur Sulut dikatakan bahwa Pak Benny adalah satu-satunya figur yang telah membuktikan komitmennya menjaga dan melestarikan budaya daerah dan bukan hanya bicara saja. Jadi kalau berbicara soal menjaga eksistensi budaya, Pak Benny lebih cocok untuk Sulut kedepan,” ungkap Arie.
Menanggapi komentar warga tersebut, Mamoto mengatakan bahwa apa yang telah dan akan dilakukan terkait pelestarian budaya akan tetap berlanjut sampai kapanpun.
Bukan ada maksud tertentu, akan tetapi karena sebagai putera daerah Mamoto merasa wajib untuk menjaga identitas dan jati dirinya sendiri.
“Jika masyarakat berkenan mengamanatkan memimpin Sulut, maka ada begitu banyak tugas rumah yang harus dikerjakan bersama. Satu hal yang pasti dilakukan yaitu memberikan tempat bagi para akademisi untuk melakukan berbagai kajian ilmiah di semua sektor diantaranya pariwisata dan budaya, pertanian, perikanan, peternakan, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan sebagainya,” kata Mamoto.
Ditambahkannya, dengan adanya hasil kajian ilmiah yang dimaksud di masing-masing sektor, maka dengan sendirinya pemerintah akan mengetahui dengan jelas langkah-langkah yang harus dilakukan agar pembangunan berjalan efektif dan efisien. (frangkiwullur)