Amurang—Musim panas kini landa sebagian tanah Minahasa. Dan kabupaten Minahasa Selatan umumnya musim kemarau sudah terasa beberapa hari lalu. Setelah terjadi gempa 5,1 SR tersebut. Dimana-mana, terjadi pembakaran hutan. Selain itu, kekeruingan mengancam atas kuala, sungai dan sumur. Olehnya, perhatian pemerintah Minsel harus dikedepankan.
‘’Ya, sebagai warga Amurang dan Minahasa Selatan pada umumnya jelas merasa galau dengan musim kemarau tersebut. Lebih parah lagi, musim kemarau ini diikuti dengan angin selatan. Dan ternyata, warga pun merasa kecewa berat lantaran banyak ditemui terjadi kebakarann hutan,’’ ujar Vecky Dissa, warga Desa Kilometer Tiga (KM3) Kecamatan Amurang.
Menurutnya, warga Amurang mana atau Minahasa Selatan mana kalau tak galau dengan cuaca seperti saat ini. Panas dan angin kencang melanda Minsel, banyak warga mengalami sakit. Ada yang sakit perut, pusing dan banyak lagi. Lebih para lagi, ancaman soal kekeringan air jelas-jelas terlihat. Seperti, sungai, sumur dan bendungan.
‘’Dan mungkin, ini akibat pergantian cuaca. Maksudnya, cuaca ekstrim hujan. Kini berbalik cuaca ekstrim panas dan angin kencang. Sayangnya, tak ada tanggungjawab atas ulah-ulah warga yang suka membakar hutan. Selain itu, perhatian Pemkab Minsel pun tak ada soal kebakaran hutan,’’ tegasnya.
Lain lagi kata Ecky Rumokoy, kebakaran hutan akhir-akhir ini melanda Amurang dan Minsel pada umumnya. ‘’Sayangnya, sikap kepedulian pemerintah terhadap kebakaran hutan sama sekali tak ada. Ditambah lagi, mobil pemadaman kebakaran (Damkar) sudah tak bisa dipakai alias rusak total. Bagaimana mau melihatnya, dan ternyata tanggungjawab atas kebakaran hutan ternyata tak ada sama sekali,’’ ungkap Rumokoy dengan nada tanya. (and)