Manado, BeritaManado.com — Upacare Ngenteg Linggih adalah salah satu upacara penting dalam tradisi agama Hindu, khususnya di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
I Dewa Rai Suti mengungkapkan, umat Hindu di Sulut telah melaksanakan upacara Ngenteg Linggih, yang dikenal juga sebagai upacara Pedudusan Agung, yang merupakan bagian dari rangkaian ritual yang bertujuan untuk menyucikan dan mengembalikan kekuatan spiritual dari tempat suci atau Pura.
“Umat Hindu di Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan upacara Ngenteg Linggih di Pura Jagadhita Manado Sulawesi Utara pada Rabu, 22 Mei 2024,” ungkap I Dewa Rai Suti Selasa, (28/5/2024) di Manado.
Sejarah Pura Jagadhita sendiri dibangun pada tahun 1990 dan diresmikan pengunaannya tahun 1993 sehingga tepat dihari Rabu 22 Mei 2024 genap berusia 31 Tahun sejak resmi pengunaannya.
“Kegiatan Ngenteg Linggih ini baru bisa dilaksanakan setelah 31 tahun, dan dihadiri Gubernur Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kesbangpol Sulut, perwakilan Kapolda Sulut, perwakilan Kodam dan hadir juga kepala Pengadilan Tinggi Sulawesi Utara,” terang I Dewa Rai Suti.
I Dewa Rai Suti juga menjelaskan bahwa upacara keagamaan tersebut selain bertujuan untuk menyucikan, juga memohon keselamatan dan kesejahteraan, serta stana Lingga, simbol Dewa Siwa, yang merupakan manifestasi dari kekuatan penciptaan dan perlindungan, dengan melalui berbagai proses persiapan, pelaksanaan ritual, persembahan, sampai penutupan.
“Upacare Ngenteg Linggih memiliki makna filosofis yang mendalam. Mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual. Dengan melaksanakan upacara ini, umat Hindu diingatkan untuk selalu menjaga kesucian dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas I Dewa Rai Suti.
Tak sampai di situ saja, I Dewa Rai Suti mengatakan, partisipasi masyarakat dalam upacara Ngenteg Linggih sangat penting.
Setiap anggota masyarakat, baik tua maupun muda, memiliki peran dalam mempersiapkan dan melaksanakan upacara tersebut, juga menjadi momen untuk mempererat ikatan sosial dan memperkuat rasa kebersamaan di antara umat.
“Dengan demikian, upacara Ngenteg Linggih bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga simbol dari upaya kolektif untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Upacara ini menggambarkan bagaimana tradisi dan kepercayaan agama Hindu terus dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi,” terang I Dewa Rai Suti.
Upacare Ngenteg Linggih di Sulawesi Utara tersebut juga dihadiri oleh seluruh perwakilan umat Hindu dari berbagai daerah di Sulawesi Utara.
(Erdysep Dirangga)