Sonder, BeritaManado.com — Bagi orang Minahasa memindahkan rumah tinggal “Mera Wale” yang terbuat dari kayu dari satu tempat ke tempat yang lain menjadi gambaran betapa tingginya semangat kebersamaan atau yang lebih dikenal dengan Mapalus.
Namun sayang, tradisi tersebut kini hampir tidak terlihat lagi, karena sebagian besar tempat tinggal masyarakat sudah permanen atau terbuat dari beton.
Demikian diungkapkan seorang anak muda yang sangat mencintai kebudayaan daerah Minahasa bernama Rafael Tumewu.
Menurutnya, kebersamaan seperti itu keyataannya saat ini sudah sangat jarang ditemui, karena pengaruh perkembangan zaman yang serba modern.
“Memang tidak bisa dipungkiri jika perkembangan zaman akan mengikis sendi-sendi kebudayaan daerah. Kalaupun demikian jadinya di masa yang akan datang, hanya dokumentasi foto yang dapat menjadi alat pengingat kepada anak cucu kita kelak, bahwa sebagai Tou Minahasa harus bangga, karena pada dasarnya punya semangat kebersamaan melalui Mapalus,” ungkap Rafael, Minggu (27/2/2022).
Ditambahkannya, praktek Mera Wale bisa saja punah suatu saat nanti, namun demikian semangat Mapalus hendaknya tidak ikut lenyap, karena sejatinya manusia sendirilah yang harus mempertahankan nilai-nilai budaya daerah Minahasa.
“Saya bukan satu-satunya orang yang berharap nilai-nilai budaya Minahasa tetap lestari. Paling tidak kelak kita bisa berbagi kisah kepada anak cucu apa dan bagaimana tradisi leluhur Minahasa. Jangan sampai modernisasi saat ini dan nanti menutupi ruang ekspresi kebudayaan anak-anak muda untuk menunjukkan jati diri sebagai Tou Minahasa,” harapnya.
(Frangki Wullur)