Minsel – Salah satu kritik yang paling sering dilontarkan terhadap Christiany Eugenia Tetty Paruntu adalah asumsi bahwa calon bupati termuda dalam sejarah pilkada Minsel ini tidak menguasai seluk-beluk birokrasi pemerintahan. Kritik ini memang sengaja diwacanakan untuk menaikkan positioning bakal calon bupati yang berlatar belakang birokrasi.
Sementara, Tetty Paruntu sendiri berlatar belakang pengusaha sukses sekaligus politisi muda potensial dari Partai Golkar. Menanggapi kritikan semacam ini, Tetty Paruntu mengakui bahwa dirinya juga memiliki kekurangan.
“Nobody’s perfect… Saya juga punya kekurangan, dan itu tidak mudah diatasi dalam waktu singkat. Itu sebabnya, saya memilih pasangan Sonny Frans Tandayu, seorang birokrat andal dan yang terbaik di Minahasa Selatan,” tegas Tetty yang saat ini menjabat Presiden Direktur PT Chandra Ekakarya Pratama di Jakarta, sekaligus pemilik CEP Group dan Partim Group ini.
Namun begitu, Tetty meminta masyarakat calon pemilih melihat visi dan misinya dalam pencalonan bupati ini, termasuk program-program yang diusung, berikut berbagai kesiapan lain sebagai seorang pemimpin. Dari sisi visi, misi, dan programlah seorang pemimpin bisa dilihat komitmen dan kesiapannya dalam memerintah. Tetty juga menegaskan kembali pengertian leader dan leadership dalam organisasi apa pun yang bersifat universal.
“Leader itu fungsinya to lead, memimpin orang-orang terampil dan terbaik di bidangnya untuk mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin itu fungsinya menginspirasi, memotivasi, dan membuat kebijakan bisa dijalankan agar memberikan hasil sesuai rencana atau target yang telah ditetapkan. Pemimpin itu tidak mengerjakan detail, tetapi mengambil keputusan berdasarkan big picture yang dikuasainya,” jelas putri sulung politisi senior Jennie J. Tumbuan (mantan Ketua DPRD Minsel) dan Prof. Ir. Jopie Paruntu Ph.D (mantan Rektor Unsrat dan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Sulut) ini.
“Sementara leadership adalah soal wawasan tentang kepemimpinan dan bagaimana seorang pemimpin berperilaku. Saya datang dengan visi dan misi pelayanan, bukan untuk dilayani. Saya ingin mengubah paradigma kepemimpinan dan pemerintahan yang dilayani menjadi kepemimpinan dan pemerintahan yang melayani masyarakat. Dan, untuk mencapai itu semua, dalam pemerintahan nanti saya akan dibantu oleh orang-orang yang mempunyai mentalitas yang dapat diandalkan. Mereka adalah orang-orang Minsel yang cerdas, terampil, rajin, bertanggung jawab, serta bisa bekerja cepat dan tepat,” tegas Tetty Paruntu sembari merujuk Sonny Tandayu sebagai yang terbaik untuk mendampinginya menjalankan pemerintahan di Minsel.
Tetty yang berdasarkan survei FPC menduduki posisi teratas ini juga mengingatkan, bahwa salah satu yang terpenting dalam pemerintahan adalah team work yang kompak, satu komitmen, loyal, dan saling mengisi. Kekurangannya menyangkut tetek-bengek kebirokrasian otomatis akan diisi oleh kepiawaian dan pengalaman Sonny Tandayu sebagai birokrat karier di Pemkab Minsel.
“Dan kalau ditanya, di antara semua calon bupati dan wakil bupati, birokrat mana yang paling memahami Minsel? Bukankah jawabannya Sonny Tandayu? Yang di sepanjang karier birokrasinya selalu bergelut dengan berbagai persoalan di Minsel…? Bukan calon birokrat dari luar Minsel, kan?” ungkap Tetty Paruntu balik bertanya.
Sebaliknya, kekurangan-kekurangan yang mungkin melekat dalam birokrasi pemerintahan kemungkinan bisa dilengkapi dengan leadership dan kemampuan-kemampuan manajerial dari organisasi modern semacam perusahaan. “Saya pengusaha, orang bisnis, setiap hari bergelut dengan yang namanya peluang, investasi, kompetisi, performance, prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas. Saya berpacu dengan kecepatan bertindak untuk meraih progres dan target yang ditetapkan. Kami tidak bisa berpikir dan bertindak lambat karena bisa kehilangan peluang. Dan, saya dibantu Sonny Tandayu akan membuat perubahan-perubahan yang cepat dan tepat untuk Minsel, untuk kehidupan yang lebih baik,” tegas Tetty Paruntu.[]