Jakarta, BeritaManado.com — Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia menunjukkan pencapaian positif.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, dr Reisa Brotoasmoro menyebut pekan pertama Oktober 2020, angka kesembuhan atau recovery rate di atas 75,27%.
“Rasio sembuh terhadap total kasus ini (pekan ke-1 Oktober) meningkat dibandingkan pekan sebelumnya (pekan ke-4 September) yang tercatat 73,77%,” jelas Reisa dalam jumpa pers perkembangan penanganan Covid-19 di Kantor Presiden, Senin (5/10/2020).
Adapun jumlah pasien sembuh per 5 Oktober 2020 adalah sebanyak 232.593 kasus.
Sedangkan kasus aktif tercataat ada 63.274 kasus.
Dan kasus terkonfirmasi positif 307.120 kasus.
Jumlah kasus meninggal 11.253 kasus dengan case fatality ratio 3,67%.
“Angka kematian tersebut turun dibandingkan satu Minggu sebelumnya yaitu 3,77%. Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pencapaian ini,” ujar Reisa .
Pemerintah kata Reisa sudah menerapkan berbagai strategi melandaikan kurva kasus Covid-19 dari bulan ke bulan.
Seperti dengan 3T yaitu testing, tracing dan treatment.
Dalam testing, per harinya sudah mampu mencapai 40 ribu orang diperiksa spesimennya di lebih dari 340 laboratorium.
Upaya tracing menemukan sekitar 140 ribu orang suspek setiap harinya.
“Selain 3T, masih ada rumus lain, ingat memakai masker, menjaga jarak dan jauhi kerumunan dan mencuci tangan dengan baik dan benar,” pesan Reisa.
Pemerintah sedang menyiapkan program vaksinasi secara bertahap untuk melindungi masyarakat.
Dalam catatan sejarah dunia, Reisa menceritakan suksesnya vaksinasi berdampak terhadap terkendalinya, bahkan hilangnya penyakit menular.
Seperti cacar, BCG, TT, DPT, polio, measles, Hepatitis B, DPT/HB, DPT -HB-HIB, IPV dan HPV, PCV, JE dan Campak Rubella di Jawa dan luar Jawa.
Keberhasilan ini katanya bukan hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara belahan dunia.
“Yang pertama dan paling penting ialah imunisasi dasar lengkap. Ada sekitar 800 ribu anak-anak di Indonesia belum lengkap imunisasi dasarnya. Harus kita atasi, karena imunisasi dasar lengkap adalah hak anak-anak kita, kewajiban kita memastikan mereka mendapatkannya,” jelas Reisa.
Rincian jumlahnya, ia menyebut 836.993 anak belum imunisasi dasar lengkap.
Yang dimaksud imunisasi dasar lengkap ialah imunisasi Hepatitis B (HB-0) untuk bayi berusia kurang dari 24 jam.
Imunisasi BCG dan Polio 1 untuk bayi usia 1 bulan.
Lalu DPT-HB-HIB 1, Polio 2 dan Rotavirus untuk bayi usia 2 bulan.
Imunisasi DPT-HB-HIB 2 dan Polio 3 untuk bayi usia 3 bulan, DPT-HB-HIB 3, Polio 4, IPV atau Polio Suntik dan Rotavirus untuk bayi usia 4 bulan.
Serta imunisasi campak atau MR untuk bayi usia 9 bulan.
Reisa menyadari di masa pandemi ini masih banyak orang tua yang takut membawa anaknya imunisasi ke rumah sakit atau Posyandu.
Hal itu disebabkan banyaknya berita hoaks di media sosial dan mempengaruhi masyarakat.
“Kami tegaskan lagi bahwa Posyandu, Puskesmas, rumah sakit, klinik dan pos imunisasi lainnya telah diwajibkan menerapkan protokol kesehatan ketat. Dan tetap memberikan pelayanan selama masa pandemi,” saran Reisa.
Imunisasi dasar lengkap pada anak bertujuan mencegah agar tidak terjadinya wabah penyakit lain.
(***/Alfrits Semen)