Oleh: Dr. Frangky Jessy Paat, SP, M.Si
(Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi)
– sambungan. bagian tulisan sebelumnya, lihat bagian bawah tulisan ini.
Stimulus Wirausaha
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Mereka yang berpendidikan rendah pada umumnya adalah petani yang tinggal di daerah pedesaan, kondisi ini juga semakin menyulitkan dengan semakin berkurangnya upaya pendampingan dalam bentuk penyuluhan pertanian. Di sisi lain, bagi sebagian besar penduduk pedesaan, sudah kurang tertarik lagi bekerja dan berusaha di sektor pertanian, sehingga mengakibatkan semakin tingginya urbanisasi ke perkotaan.
Kondisi ini hanya dapat ditekan dengan mengembangkan agroindustri pertanian di pedesaan, karena dapat membuka peluang keterlibatan seluruh pelaku, termasuk kelompok penduduk di pedesaan. Kelompok ini sesungguhnya dapat lebih memegang peranan penting dalam seluruh proses produksi usaha tani. Mereka berpeluang menjadi penyediaan dan distribusi sarana produksi, usaha jasa pelayanan alat dan mesin pertanian, usaha industri pasca panen dan pengolahan produk hasil pertanian, usaha jasa transportasi, pengelolaan lembaga keuangan mikro, sebagai konsultan manajemen agribisnis, serta tenaga pemasaran hasil-hasil produk agroindustri.
Hal ini mengisyaratkan perlunya pembangunan pertanian dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan pengembangan sektor komplemennya (agroindustri, penyediaan kredit, teknologi melalui penyuluhan, dan pasar), sehingga menghasilkan nilai tambah di luar lahan dan upah tenaga fisiknya. Dengan pendekatan sistem dan usaha agribisnis tersebut, maka pembangunan pertanian jelas berbasis pada rakyat dan berkelanjutannya akan terjamin dengan sendirinya karena pengembangannya memanfaatkan sumberdaya lokal. Pendekatan pembangunan yang berasal dari rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan keadilan seluruh rakyat Indonesia, merupakan tantangan yang berpeluang menang dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat dan tajam.
Masalah defisit neraca pembayaran yang berimbas pada nilai tukar dan stabilitas pasar uang dan modal, serta pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada konsumsi dan investasi domestik. tekanan inflasi, serta adanya pemilu 2014 yang justru menambah beban bagi dunia usaha dan konsumen. Prioritas alokasi anggaran APBN pada sektor-sektor yang mempunyai kemampuan penyerapan tenaga kerja yang besar, misalnya pertanian dan industri padat karya. Disanalah alokasi anggaran diperbesar, dan dengan ditambah program yang solid, diharapkan hal itu dapat berdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat kelas menengah kebawah. Ditengah situasi sulit tidak bisa lain adalah penekanan terhadap nilai impor yang tinggi dengan berbagai strategi penghematan. Barang modal yang tidak merupakan prioritas harus ditinjau kembali untuk menjaga kestabilan ekonomi negara yang berimplikasi pada daerah-daerah. Mendorong ekspor ditengah situasi terjal dimana harga komoditas murah akibat dampak kenaikkan nilai dollar, permintaan global serta aktivitas ekspor yang tidak menentu.
Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasiskan Home Industry
Upaya untuk menjadikan sector pertanian pada proyeksi RAPBN 2014 sebagai stimulus ekonomi pertanian secara umum adalah dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Menjaga momentum pertumbuhan ekonomi itu dapat dilakukan melalui konsumsi domestik. Konsumsi akan tetap menjadi motor dari pertumbuhan ekonomi nasional. agar konsumsi domestik terus berlanjut, pemerintah harus berupaya mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Langkah konkrit pengembangan ekonomi kreatif melalui: inovasi, riset dan pengembangan kerajinan tangan, industri pengolahan makanan dan minuman lokal (home industry) dalam tatanan integrated farming yang ditopang oleh lintas institusi dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan ekonomi kreatif sebagai upaya untuk menemukan klaster-klaster ekonomi baru (berupa home industry berbasiskan industri dan ekonomi kreatif) dari potensi-potensi sumber daya alam (comparative advantages) dan turunan produk innovative (competitive advantages) serta sumber daya manusia (factor driven) sebagai modal dasar penggerak ekonomi kerakyatan. Berkaitan langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan, sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung perwujudannya, yaitu: Konsumennya datang ke tempat klaster ekonomi baru, sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untuk memasarkan berbagai komoditi; Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi local padat modal budaya (cultural capital) dan modal alam (natural capital) yang dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal; Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah yang terjangkau masyarakat.
Referensi Pendukung:
- Saragih, B. 2001. Membangun Keunggulan Kompetitif Berdasarkan keunggulan Komparatif.
- Poerwantho, R. 2008. Meraih Keunggulan Pertanian Indonesia.
- Wirakartakusumah, M. 2008. Sustainable Agriculture.
Baca juga:
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag I)
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag II)
- Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian (leading sector) Berdasarkan Proyeksi RAPBN 2014 (Bag III)