Melonguane – Saat ini warga Kepulauan Talaud yang dihidup di daerah perbatasan beranda terdepan NKRI, telah menjadi buruan oleh warga dari daerah lain di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Pasalnya, rata-rata bahan produksi pertanian yang di konsumsi oleh warga perbatasan ini, sebagian besar di impor dari Manado. Buktinya, tomat, rica (cabe), bawang merah, bawang putih maupun produksi pertanian lainya, yang dijual di pasar-pasar baik di Melonguane, Lirung dan Beo, semua di didatangkan dari Pasar Jengki Manado.
Menyikapi permasalahan ini, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sulut Justes Lindo kepada BeritaManado.com menegaskan bahwa sesungguhnya persoalan tersebut terjadi akibat ketidakberpihakan Pemkab Talaud terhadap masyarakat. Hal itu terlihat dari kebijakan anggaran untuk pengembangan pertanian di daerah ini, sangat-sangat minim. Bahkan Pemkab sendiri dinilai tidak begitu serius memperhatikan masyarakat petani.
Lindo pun mengatakan, saat ini Talaud mengalami krisis inflasi di bidang pertanian. Mengapa, karena semua produksi pertanian masuk di Talaud, di impor dari Manado. Sementara Talaud merupakan lumbung pertanian yang amat menjanjikan. Tapi sayang, hal itu tak dikelolah secara profesional dan tanpa dukungan dana dari pemkab,”kata Lindo.
Sehingga Lindo berpendapat bahwa jika sektor pertanian di Talaud bisa maju dan berkembang, maka solusinya adalah revolusi mental.
“Revolusi mental menurutnya dimulai dari pemerintahnya itu sendiri. Sepanjang pemerintah enggan memperhatikan kepentingan rakyat, maka jangan berharap kehidupan masyarakat petani di Talaud akan berkembang,”tandasnya. (*/risat)